PUISI MANUSIA-ALLAH
(Injil sebagaimana Diwahyukan Kepadaku)
Catatan:
"The Poem of The Man-God" (judul dari edisi pertama bahasa Inggris)
sekarang telah diganti menjadi "The Gospel as Revealed To Me" dalam
edisi kedua sesuai judul aslinya dalam bahasa Italia "L'EVANGELO COME ME
E STATO RIVELATO".
diterjemahkan oleh YESAYA (YESus SAyang saYA):
yesaya.indocell.net
4. KELAHIRAN PERAWAN MARIA
26 Agustus 1944
Aku
melihat Anna keluar dari kebun. Ia bersandar pada lengan seorang sanak,
yang mirip dengannya. Ia kelihatan jelas hamil beberapa bulan dan ia
tampak lelah dan keletihannya tiada diringankan oleh kegerahan, sama
seperti panas sekarang ini melelahkanku.
Meskipun
kebun itu cukup teduh, tapi sangat panas dan tertutup. Udara seolah
bisa diiris seperti adonan hangat yang lembut, sangat berat. Terik
matahari turun dari langit biru yang tak berbelas kasihan dan ada
debu-debu yang membuat atmosfir agak sedikit suram. Pastilah cuaca
kering telah berlangsung cukup lama, sebab di mana tak ada irigasi, maka
tanah sungguh habis nyaris menjadi debu putih yang sangat halus. Di
udara terbuka, bayangan putih ini berwarna sedikit merah muda, sementara
ia berwarna coklat merah gelap di bawah pepohonan, di mana tanahnya
lembab. Begitu pula tanahnya lembab sepanjang petak-petak kecil, di mana
sayur-mayur tumbuh, dan di sekelilingnya semak-semak mawar, melati dan
bunga-bunga lain, hingga ke permulaan ladang-ladang, yang sekarang
gundul dari panenan. Rerumputan padang, yang menandai batas hak milik,
kering dan kurus. Hanya pada tepinya, di mana terdapat pagar dari
tanaman hawthorn liar, yang sudah sepenuhnya bertahtahkan buah-buah
kecilnya yang merah delima, rumputnya lebih hijau dan gemuk. Ada
beberapa ekor domba di dekatnya dengan seorang gembala muda mencari
padang rumput dan tempat berteduh.
Yoakim
sedang bekerja di sekitar barisan-barisan pohon anggur dan pohon
zaitun. Ada dua orang laki-laki bersamanya, membantunya bekerja. Meski
seorang yang lanjut usia, Yoakim tangkas dan bekerja penuh semangat.
Mereka sedang membuka saluran-saluran kecil di ujung sebuah ladang guna
mengalirkan air ke tanam-tanaman yang kering, dan air ini mengalir
dengan menggelegak di antara rerumputan dan tanah kering. Alirannya
membentuk pusaran-pusaran yang sesaat menyerupai sebuah kristal
kekuningan dan saat berikutnya hanyalah lingkaran-lingkaran tanah basah,
sekeliling cabang-cabang anggur dan pohon-pohon zaitun yang sarat.
Sepanjang
pergola yang teduh, di bawah mana lebah-lebah keemasan berdengung,
rakus akan gula dari anggur-anggur keemasan, Anna berjalan tertatih ke
arah Yoakim, yang bergegas menemuinya begitu ia melihatnya.
"Kau datang sejauh ini?"
"Rumah sepanas oven."
"Dan kau menderita karenanya."
"Satu-satunya
penderitaan di saat-saat akhir ini adalah penderitaan seorang perempuan
yang hamil. Penderitaan alami semuanya: manusia dan binatang. Jangan
terlalu kepanasan, Yoakim."
"Air
yang kita harapkan, begitu lama, dan selama tiga hari penuh ini tampak
begitu dekat, masih belum datang dan negeri ini kering kerontang. Kita
beruntung mempunyai sebuah sumber air yang begitu dekat dan begitu
berlimpah airnya. Aku telah membuka saluran-saluran air. Itu sedikit
melegakan tanam-tanaman yang daun-daunnya telah layu dan tertutup debu:
sekedar cukup untuk mempertahankan mereka hidup. Andai saja hujan …"
Yoakim, dengan kerinduan seperti semua petani, memandang ke langit,
sementara Anna, yang letih, menyejukkan diri dengan sebuah kipas yang
tampaknya terbuat dari daun palma kering yang dijalin dengan benang
warna-warni guna membuatnya kuat.
Ia
yang menyertai Anna menyela: "Di sana, dekat Hermon Besar, muncul
awan-awan yang berarak cepat. Ada angin utara. Ia bisa menyegarkan dan
mungkin mendatangkan hujan."
"Angin
sepoi-sepoi telah bertiup selama tiga hari dan lalu menghilang ketika
bulan muncul. Itu akan terjadi lagi," Yoakim berkecil hati.
"Marilah
kita pulang. Bahkan di sini orang sulit bernapas, dan bagaimanapun juga
aku pikir lebih baik kita pulang…," kata Anna, yang nampak merona lebih
kekuningan dari biasanya, sebab pucat yang menghiasi wajahnya.
"Apakah kau sakit?"
"Tidak.
Tapi aku dapat merasakan damai mendalam yang aku alami di Bait Allah
ketika aku dianugerahi rahmat, dan yang aku rasakan sekali lagi ketika
aku tahu bahwa aku hamil. Seperti suatu ekstase, tidur manis tubuh
sementara jiwa bersukacita dan menenangkan diri dalam suatu damai yang
tak ada padanannya secara jasmani. Aku mengasihi dan masih terus
mengasihimu, Yoakim, dan apabila aku memasuki rumahmu dan aku berkata
kepada diriku sendiri: "Aku adalah isteri dari seorang yang benar," maka
aku merasakan damai: dan aku merasakan yang sama setiap kali kasihmu
yang menjamin itu memelihara Anna-mu ini. Akan tetapi damai ini berbeda.
Mengertilah: aku pikir bahwa jiwa bapa kita Yakub dikuasai oleh damai
yang serupa, seperti ketenangan yang diberikan oleh minyak yang menyebar
dan menenangkan, setelah dia bermimpi akan malaikat-malaikat. Dan,
mungkin lebih tepat, seperti damai sukacita Tobia setelah Rafael
menampakkan diri kepada mereka. Apabila aku menenggelamkan diri dalam
perasaan ini, maka ia semakin dan semakin kuat sementara aku
menikmatinya. Seolah aku naik menuju relung-relung biru di langit… Dan
lagipula, aku tidak tahu alasannya, namun semenjak aku merasakan
sukacita damai ini dalam diriku, aku memiliki sebuah nyanyian dalam
hatiku: nyanyian Tobia tua. Aku pikir nyanyian itu dituliskan bagi saat
ini… bagi sukacita … bagi tanah Israel yang menerimanya… bagi pendosa
Yerusalem dan yang kini diampuni… Namun janganlah menertawakan luapan
kegembiraan seorang ibu… tapi ketika aku mengatakan: "Bersyukurlah
kepada Tuhan atas kekayaanmu dan berkatilah Allah segala abad, agar
kiranya Ia membangun kembali Tabernakel-Nya dalam dirimu," aku pikir Ia
Yang akan membangun kembali Tabernakel dari Allah yang benar di
Yerusalem adalah yang Satu ini yang akan segera dilahirkan… Dan aku juga
berpikir bahwa takdir anakku telah dinubuatkan dan bukan nasib dari
Kota Suci, ketika nyanyian itu mengatakan: "Engkau akan bersinar dengan
cahaya cemerlang: semua orang di dunia akan prostratio di hadapanmu:
bangsa-bangsa akan datang membawa hadiah: mereka akan menyembah Tuhan
dalam dirimu dan akan menganggap tanahmu suci, sebab dalam dirimu mereka
menyerukan Nama Agung. Engkau akan berbahagia karena anak-anakmu,
karena mereka semua akan diberkati dan mereka akan berkumpul dekat
Tuhan. Diberkatilah mereka yang mengasihimu dan bersukacita dalam
damaimu…" Dan akulah yang pertama bersukacita, ibundanya yang
berbahagia…"
Anna
berubah-ubah ronanya, ketika mengucapkan kata-kata ini dan ia menyala
seperti sesuatu dibawa dari pucatnya cahaya bulan ke benderangnya api
besar dan sebaliknya. Airmata manis, yang tak disadarinya, mengalir
menuruni pipinya dan ia tersenyum dalam sukacitanya. Dan sementara itu
ia mendekati rumah, berjalan di antara suaminya dan sanaknya, yang
mendengarkan dan, sangat tersentuh hatinya, mereka terdiam.
Mereka
bergegas sebab awan dihembus oleh suatu angin kencang, berarak melintas
dan berkumpul di langit, sementara dataran menjadi gelap dan gemetar
oleh peringatan akan datangnya badai. Ketika mereka tiba di ambang pintu
rumah, kilatan murka halilintar yang pertama menyambar di langit dan
bunyi gemuruh guntur yang pertama terdengar bagai gemuruh sebuah drum
raksasa yang berpadu dengan arpeggio (1) tetesan-tetesan pertama hujan
pada dedaunan yang kering.
Mereka
semua masuk ke dalam dan Anna undur diri, sementara Yoakim, berdiri di
pintu, berbicara kepada para pekerja, yang sementara itu menggabungkan
diri dengannya: pembicaraan mereka adalah tentang kerinduan akan air
yang merupakan berkat bagi tanah yang kering kerontang. Akan tetapi
kegirangan mereka berubah menjadi ketakutan karena sebuah badai yang
sangat dahsyat datang mendekat disertai kilat dan awan-awan yang membawa
hujan es.
"Jika awan itu pecah, ia akan melumatkan anggur dan zaitun bagai sebuah batu penggilingan. Betapa malangnya aku!"
Yoakim
juga merasa cemas akan isterinya, yang telah tiba saatnya untuk
melahirkan anaknya. Kerabatnya meyakinkannya bahwa Anna tidak menderita
sama sekali. Tetapi ia gelisah, dan setiap kali sanaknya atau perempuan
lain, di antaranya ibu Alfeus, keluar dari kamar Anna dan masuk kembali
dengan air panas dan baskom-baskom serta kain-kain linen yang
dikeringkan dekat perapian menyala di dapur yang besar itu, ia datang
dan bertanya, akan tetapi ia tak tenang kendati mereka sudah berupaya
menentramkan hatinya. Juga tak adanya jeritan Anna mengkhawatirkannya.
Ia mengatakan: "Aku seorang laki-laki dan aku tidak pernah melihat
seorang anak dilahirkan. Tapi aku ingat pernah mendengar bahwa tak
adanya sakit beranak berarti fatal."
Hari
semakin gelap dan sore didahului oleh badai sangat ganas dan hebat: ia
mendatangkan hujan deras, angin,kilat, semuanya, terkecuali hujan es,
yang jatuh di tempat lain.
Salah
seorang pekerja memperhatikan keganasan angin ribut: "Tampak seolah
Setan telah keluar dari Gehena bersama roh-roh jahatnya. Lihatlah
awan-awan hitam itu! Kalian bisa mencium bau belerang di udara dan
kalian bisa mendengar siulan dan desisan, dan suara-suara ratapan dan
kutukan. Jika ini dia, dia murka malam ini!"
Pekerja
yang lain tertawa dan mengejek: "Suatu mangsa besar pastilah lolos
darinya, atau Mikhael telah menyambarnya dengan suatu halilintar baru
dari Allah, hingga tanduk-tanduk serta ekornya terpotong dan terbakar."
Seorang
perempuan lewat dan berteriak: "Yoakim! Ia lahir. Dan itu terjadi
dengan cepat dan lancar!" dan ia pun menghilang dengan sebuah amphora
dalam tangan-tangannya.
Sekonyong-konyong
badai berhenti, sesudah satu halilintar terakhir yang begitu dahsyat
hingga melemparkan ketiga laki-laki ke tembok; dan di depan rumah, di
kebun, sebuah lubang hitam berasap tinggal sebagai kenangan! Sementara
itu suatu tangisan, yang mirip rintihan lirih seekor anak tekukur yang
untuk pertama kalinya tidak lagi menciap tapi berkukur, terdengar di
balik pintu kamar Anna. Dan pada saat yang bersamaan sebuah pelangi
raksasa membentangkan lengkungannya melintasi langit. Ia naik, atau
tampak naik, dari puncak Hermon, yang dikecup mentari, nampak seperti
batu pualam putih kemerah-mudaan yang paling halus: ia naik di langit
September yang jernih dan menembusi atmosfir yang bersih dari segala
ketidakmurnian, ia melintas di atas bukit-bukit Galilea dan dataran yang
terhampar ke selatan, dan di atas sebuah gunung lainnya, dan tampak
beristirahat di ujung lain horizon yang jauh, di mana ia menghilang dari
pandangan di balik barisan pegunungan yang tinggi.
"Kita belum pernah melihat yang seperti ini!"
"Lihat, lihatlah!"
"Ia
tampak menyelimuti seluruh tanah Israel dalam sebuah lingkaran. Dan
lihatlah! telah ada sebuah bintang di langit sementara matahari masih
belum terbenam. Betapa bintang yang luar biasa! Ia bersinar bagai suatu
intan raksasa!..."
"Dan bulan, di sana, adalah bulan purnama, tiga hari lebih awal. Tetapi lihatlah bagaimana ia bersinar!"
Para perempuan datang sangat gembira dengan seorang bayi mungil montok dibedung dalam kain linen polos.
Itulah
Maria, Bunda. Maria yang amat kecil mungil, yang bisa tidur dalam
buaian seorang kanak-kanak, Maria, paling panjang, sepanjang satu
lengan, dengan kepala mungil berwarna gading merah muda pucat. Bibirnya
yang sangat mungil berwarna merah tua tidak lagi menangis namun dalam
keadaan tindakan insting menyusu: bibir-bibir itu begitu mungil hingga
orang tak dapat mengerti bagaimana bibir-bibir itu akan dapat menghisap
puting susu. Hidung kecilnya yang indah berada di antara dua pipi mungil
yang bulat, dan ketika mereka membuat-Nya membuka mata-Nya, dengan
menggoda-Nya, mereka melihat dua bagian kecil langit, dua biji mata biru
tanpa dosa yang terbuka namun tak dapat melihat, di antara bulumata
tipis berwarna terang. Juga rambut-Nya pada kepala mungilnya yang bulat
berwarna pirang kemerahmudaan, seperti warna madu tertentu yang nyaris
putih.
Telinga-telinga-Nya
bagai dua kerang kecil, transparan, sempurna. Tangan-tangan-Nya yang
mungil… apakah gerangan dua benda kecil itu yang menggapai-gapai di
udara dan berhenti dalam mulut-Nya? Tergenggam, seperti sekarang,
tangan-tangan itu bagaikan dua kuncup mawar yang memisahkan bagian hijau
dari kelopaknya dan memperlihatkan bagian selembut sutera di dalamnya.
Apabila tangan-tangan itu terbuka, seperti sekarang, mereka bagaikan dua
permata gading, terbuat dari gading merah muda dan batu pualam putih
dengan lima buah batu akik merah pucat sebagai kuku-kukunya.
Bagaimanakah tangan-tangan yang sangat mungil itu akan dapat
mengeringkan begitu banyak airmata?
Dan
kaki-kaki kecil-Nya? Di manakah gerangan? Untuk sementara ini keduanya
hanya menendang-nendang, tersembunyi dalam bedung linen. Akan tetapi
sekarang sang sanak duduk dan membukanya … Oh, kaki-kaki yang mungil!
Panjangnya sekitar empat sentimeter. Masing-masing telapak adalah kerang
karang, dengan ujungnya putih salju dan pembuluh darah berwarna biru.
Jari-jari kaki-Nya adalah mahakarya pahatan Liliput : mereka, juga,
dimahkotai dengan batu akik merah pucat berukuran kecil. Akan tetapi di
manakah gerangan mereka akan mendapatkan sandal kecil, ketika kaki-kaki
kecil bagai boneka itu akan melangkah untuk pertama kalinya, sandal yang
cukup kecil agar pas dengan kaki yang begitu mungil? Dan bagaimanakah
kaki-kaki kecil itu akan dapat menempuh perjalanan yang begitu jauh dan
menanggung begitu banyak penderitaan di bawah salib?
Akan
tetapi hal itu untuk sementara ini tidak diketahui, dan penonton
tersenyum dan tertawa melihat tendangan-tendangan-Nya, melihat
kaki-kaki-Nya yang indah bentuknya, melihat paha kecil-Nya yang montok
yang memperlihatkan kerutan-kerutan dan lingkaran-lingkaran, melihat
perut mungil-Nya, yang bagai piala terbalik, melihat dada mungil-Nya
yang sempurna. Di bawah kulit dada-Nya, yang lembut seperti sutera
terbaik, gerakan napas-Nya dapat terlihat dan degup jantung kecil-Nya
dapat terdengar, apabila, seperti yang dilakukan bapaNya yang berbahagia
itu sekarang, orang mengecupkan bibirnya di sana untuk menciumnya… Ini
adalah hati mungil terindah yang pernah dikenal dunia: satu-satunya hati
tak berdosa seorang manusia.
Dan
punggung-Nya? Mereka sekarang membalikkan-Nya dan mereka dapat melihat
lekukan ginjal-Nya dan lalu bahu montok dan tengkuk merah muda
leher-Nya, yang begitu kuat hingga kepala mungil itu terangkat di atas
lekukan tulang belakang yang mungil. Kepala itu tampak seperti kepala
kecil seekor burung yang mengamati dunia baru yang dilihatnya. Ia, Yang
Murni dan Suci, memprotes dengan sebuah tangisan lirih dipertontonkan
begitu rupa di hadapan mata begitu banyak orang, Ia, Perawan Sepenuhnya,
Kudus dan Tak Berdosa, Yang tak seorang laki-laki akan pernah
melihat-Nya telanjang lagi, mengajukan protes.
Tutupilah,
tutupilah kuntum bunga lily ini yang tiada akan pernah dibuka di dunia
dan yang, masih tetap kuntum, akan menghasilkan BungaNya, yang bahkan
terlebih indah dari DiriNya Sendiri. Hanya di Surga Lily dari Allah
Tritunggal ini akan membuka semua helaian bunganya. Sebab di sana, tak
ada setitik kesalahan pun yang enggan mencemarkan ketakberdosaannya.
Sebab di sana Allah Tritunggal akan disambut, di hadapan seluruh Surga,
Allah Tritunggal yang segera dalam beberapa tahun, tersembunyi dalam
hati yang tak bercela, akan ada dalam diri-Nya: Bapa, Putra, Mempelai.
Ini
Dia lagi, dalam balutan kain linen, dalam pelukan bapa duniawi-nya,
yang mirip dengan-Nya. Bukan saat itu. Sekarang Ia masih seorang bayi
mungil manusia. Yang aku maksud adalah Ia akan menjadi mirip dengannya
ketika Ia telah tumbuh menjadi seorang perempuan dewasa. Ia tak memiliki
sesuatu yang mirip dengan bunda-Nya. Ia memiliki warna kulit bapa-Nya
dan mata dan pasti juga rambutnya. Rambut Yoakim sekarang putih, tapi
ketika ia masih muda pastilah rambut itu berwarna terang, seperti yang
dapat dikatakan orang dari alis matanya. Maria memiliki perawakan
bapa-Nya, yang lebih sempurna dan lembut, sebagai seorang perempuan,
tapi Perempuan yang istimewa itu. Maria juga
memiliki senyum, tatapan mata, gerakan tubuh dan tinggi tubuh bapa-Nya.
Merenungkan Yesus, sebagaimana aku melihat- Nya, aku dapati Anna
mewariskan tinggi tubuhnya pada Cucunya dan warna gading tua pada
kulit-Nya. Maria, sebaliknya, tidak memiliki keanggunan bunda-Nya: pohon
palma yang tinggi dan luwes, namun Ia memiliki kelembutan bapaNya.
Juga
para perempuan membicarakan badai dan keadaan bulan yang tak biasa,
adanya bintang serta pelangi. Bersama Yoakim mereka memasuki kamar
ibunda yang berbahagia dan menyerahkan bayinya.
Anna
tersenyum teringat akan pemikiran-pemikirannya: "Ia adalah Bintang,"
katanya. "Tanda-Nya ada di Surga. Maria, busur perdamaian! Maria,
Bintangku! Maria, bulan murni! Maria, mutiara kita!"
"Kau menamai-Nya Maria?"
"Ya. Maria, bintang dan mutiara dan terang dan damai…"
"Tapi itu juga berarti kepahitan… Apakah kau tidak khawatir mendatangkan kemalangan bagi-Nya?"
"Allah
bersamanya. Ia milik Allah sebelum Ia ada. Allah akan membimbing-Nya
sepanjang jalan Tuhan dan segala kepahitan akan berubah menjadi madu
surgawi. Sekarang jadilah milik mamaMu… sebentar saja, sebelum menjadi
sepenuhnya milik Allah."
Dan penglihatan berakhir dengan tidur pertama Anna, seorang ibunda, dan Maria, seorang bayi.
27 Agustus 1944
Yesus bersabda:
"Bangun
dan bersegeralah, sahabat kecil-Ku. Aku rindu mengajakmu bersama-Ku
dalam kontemplasi surgawi mengenai Keperawanan Maria. Kau akan keluar
dari pengalaman ini dengan jiwamu sesegar seolah kau diciptakan pada
saat itu oleh Bapa, Hawa kecil yang belum sadar akan daging. Kau akan
keluar dengan jiwamu dipenuhi terang, sebab kau akan menceburkan diri ke
dalam mahakarya Allah. Kau akan muncul dengan keseluruhan dirimu
dipenuhi kasih, karena kau akan, telah memahami hingga tingkat mana
Allah dapat mengasihi. Berbicara mengenai perkandungan Maria,
Immaculata, berarti menembusi langit, terang dan kasih.
Mari
dan bacalah kemuliaan Maria dalam Kitab Leluhur. "TUHAN telah
menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya
yang pertama-tama dahulu kala. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk,
pada mula pertama, sebelum bumi ada. Sebelum air samudera raya ada, aku
telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air. Sebelum
gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah
lahir; sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran
yang pertama. Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia
menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, ketika Ia
menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan
deras, ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan
melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, aku ada
serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi
kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; aku
bermain-main di atas muka bumi-Nya …" Kalian mengenakan kata-kata ini
pada Kebijaksanaan, namun demikian mereka berbicara mengenai Dia: Bunda
yang cantik, Bunda yang kudus, Bunda Perawan dari Kebijaksanaan, yaitu
Aku Sendiri, Yang sekarang berbicara kepadamu.
Aku
menghendakimu menuliskan baris pertama dari madah itu di bagian atas
buku yang berbicara mengenai Dia, agar Ia dikontemplasikan dan
penghiburan serta sukacita Allah dapat dikenal; alasan bagi kesukaan
tetap, sempurna dan intim dari Allah yang Satu dan Tritunggal ini, yang
memerintah dan mengasihi kalian dan Yang menerima dari manusia begitu
banyak alasan untuk bersedih; alasan mengapa Allah melestarikan umat
manusia, bahkan meski, pada ujian pertama, manusia layak dibinasakan;
alasan bagi pengampunan yang telah kalian terima.
Memiliki
Maria yang mengasihi-Nya! Oh! Adalah sepadan menciptakan Manusia dan
membiarkannya tetap hidup dan memutuskan untuk mengampuninya, demi
memiliki Perawan Cantik, Perawan Kudus, Perawan Immaculata, Perawan
Penuh Kasih, Putri Terkasih, Bunda Termurni, Mempelai Penuh Kasih! Allah
telah memberi kalian begitu banyak dan akan memberi kalian bahkan
terlebih banyak lagi demi memiliki Makhluk kesayangan-Nya, Matahari dari
matahari-Nya, Bunga dari taman-Nya. Dan Allah terus memberi kalian
begitu banyak karena Maria, atas permintaan-Nya, demi sukacita-Nya,
sebab sukacita-Nya mengalir ke dalam sukacita Allah dan menambahinya
dengan cahaya yang memenuhi terang, terang agung Firdaus dengan
kilauan-kilauan cemerlang dan setiap kilauan adalah rahmat bagi alam
semesta, bagi umat manusia, bagi jiwa-jiwa terberkati yang menanggapi
dengan sorak kegirangan alleluia pada setiap pengadaan mukjizat ilahi,
yang diciptakan oleh kehendak Tritunggal Terberkati demi melihat senyum
cemerlang sukacita Sang Perawan.
Allah
menghendaki menempatkan seorang raja di alam semesta yang telah Ia
ciptakan dari ketiadaan. Seorang raja, yang menurut hakikat materia
harus menjadi yang pertama di antara semua makhluk yang diciptakan
dengan materia dan secara alamiah adalah materia. Seorang raja, yang
menurut hakikat roh harus menjadi sedikit lebih rendah dari yang ilahi,
dipersatukan dengan Rahmat seperti ia pada hari tak berdosanya yang
pertama. Akan tetapi, Benak yang Mahamulia, Yang mengenal segala
peristiwa yang paling jauh dalam abad-abad, secara berkesinambungan
melihat apa yang dulu, sekarang dan akan datang;
dan sementara Benak itu mengkontemplasikan masa lalu, dan mengamati
masa sekarang, Ia menembus dalam dengan tinjauan-Nya ke masa depan yang
paling jauh dan mengetahui dengan setiap detilnya bagaimana manusia
terakhir akan mati. Tanpa ragu ataupun terputus Benak Yang Mahamulia
selalu tahu bahwa raja yang diciptakan untuk menjadi setengah dewa di
sisi-Nya di Surga, pewaris Bapa, akan tiba dalam keadaan dewasa dalam
Kerajaan-Nya, setelah hidup dalam rumah ibunya - bumi [= tanah], dengan
mana Ia dijadikan - semasa kanak-kanaknya, sebagai anak dari Bapa yang
Kekal selama hari-harinya di dunia. Benak yang Mahamulia selalu tahu
bahwa manusia itu akan harus berkomitment melawan kejahatan membunuh
Rahmat yang ada dalam dirinya dan merampas dirinya sendiri dari Surga.
Jadi
mengapakah Ia menciptakannya? Tentu saja banyak orang bertanya pada
dirinya sendiri mengapa. Adakah kalian lebih memilih untuk tidak ada?
Apakah hari ini tidak layak, dari dirinya sendiri, untuk dijalani, meski
begitu menyedihkan dan hampa, dan menjadi keras oleh
kejahatan-kejahatan kalian, agar kalian dapat mengenal dan mengagumi
Keindahan tak terhingga yang telah ditaburkan tangan Allah di alam
semesta?
Bagi
siapakah gerangan Ia telah menciptakan bintang-bintang dan
planet-planet yang beterbangan laksana halilintar dan anak-anak panah,
melintasi kolong Surga, atau meluncur dengan agungnya dengan lesatan
meteor-meteor mereka, dan yang meski demikian kelihatan lambat, memberi
kalian terang dan musim-musim, selamanya tetap dan meski begitu
senantiasa berubah. Mereka memberi kalian sebuah halaman baru untuk
dibaca di langit, setiap malam, setiap bulan, setiap tahun, seolah
mereka hendak mengatakan: "Lupakanlah keterbatasan kalian, tinggalkanlah
media cetak kalian yang penuh ketidakjelasan, kebusukan, kekotoran,
racun, kesalahan, sumpah serapah, materi yang merusak, dan naiklah,
setidaknya dengan mata kalian, ke kebebasan tak terbatas cakrawala,
buatlah jiwa kalian tampak cemerlang dengan memandang langit yang begitu
jernih. Bangunlah suatu suplai cahaya untuk dibawa ke penjara kalian
yang gelap. Bacalah kata yang kami tulis dengan memadahkan koor
bintang-bintang kami, yang lebih harmonis dibandingkan dengan yang
dilantunkan dari sebuah organ katedral. Kata yang kami tulis sementara
bersinar, kata yang kami tulis sementara mencinta, sebab senantiasa ada
dalam benak kami Dia Yang memberi kami sukacita menjadi ada. Dan kami
mengasihi-Nya sebab Ia memberikan kepada kami keberadaan kami,
kecemerlangan kami, gerak kami, kebebasan kami, keindahan kami di tengah
biru langit yang lembut, di atas mana kami dapat melihat biru yang
bahkan terlebih agung: Firdaus. Dan kami menggenapi bagian kedua dari
perintah kasih-Nya, dengan mengasihi kalian, sesama semesta kami,
mengasihi kalian dengan memberi kalian bimbingan dan terang, kehangatan
dan keindahan. Bacalah kata yang kami sampaikan, kata yang untuknya kami
menyelaraskan madah kami, kecemerlangan kami, senyum kami: Allah!"
Bagi
siapakah gerangan Ia telah menciptakan laut biru, cermin langit, jalan
menuju daratan, senyum perairan, suara ombak? Laut itu sendiri adalah
sepatah kata yang bersama gemerisik sutera, bersama senyum para gadis
yang gembira, bersama desahan orang-orang lanjut usia yang terkenang dan
menangis, bersama ributnya kekerasan, bersama dentuman dan raungan
senantiasa berbicara dan mengatakan: "Allah". Laut adalah untuk kalian,
seperti halnya langit dan bintang-bintang. Dan bersama laut, danau-danau
dan sungai-sungai, kolam-kolam dan arus-arus air, sumber-sumber mata
air yang murni, semuanya demi memelihara hidup kalian, demi melegakan
dahaga kalian, demi membasuh kalian: dan mereka melayani kalian melayani
Pencipta mereka, tanpa menenggelamkan kalian, seperti yang pantas bagi
kalian.
Bagi
siapakah gerangan Ia telah menciptakan tak terbilang banyaknya
spesies-spesies binatang, burung-burung berwarna nan indah, yang terbang
berkicau, dan binatang-binatang lain yang seperti hamba-hamba, berlari,
bekerja, memberi makan dan memelihara kalian dan menolong kalian, raja
mereka?
Bagi
siapakah Ia telah menciptakan tak terbilang banyaknya spesies-spesies
tanaman dan bunga-bunga yang nampak bagai kupu-kupu, bagai intan permata
dan burung-burung yang tak bergerak, dan spesies-spesies buah-buahan
yang bagai mutiara atau kotak-kotak perhiasan dan sebuah permadani bagi
kaki kalian serta pepohonan yang menjadi naungan bagi kepala kalian,
sebuah relaksasi menyegarkan dan sukacita bagi benak kalian, bagi tangan
dan kaki kalian, penglihatan kalian dan penciuman kalian?
Bagi
siapakah Ia telah menciptakan mineral-mineral dalam perut-perut bumi
dan garam-garam yang larut dalam sumber-sumber air yang dingin dan yang
mendidih, yodium dan bromine, jika tidak agar dia menikmatinya, dia yang bukan Allah, tetapi putera Allah? Dia: manusia.
Sukacita
Allah tiada kekurangan apapun: Allah tidak membutuhkan apapun. Ia
tercukupi dalam DiriNya sendiri. Ia hanya perlu mengkontemplasikan
DiriNya untuk bersukacita, untuk memelihara DiriNya, untuk hidup, untuk
beristirahat. Seluruh ciptaan tiada menambahkan barang satu atom pun
sukacita, keindahan, hidup dan kuasa tak terhingga Allah. Ia menciptakan
segala sesuatu bagi makhluk yang Ia kehendaki tempatkan sebagai raja dalam karya yang dijadikan oleh-Nya: makhluk itu adalah manusia.
Adalah
sepantasnya sementara hidup melihat karya Allah yang begitu rupa dan
bersyukur atas kuasa-Nya yang memberi kalian kesempatan. Dan kalian
harus bersyukur bahwa kalian hidup. Kalian harus bersyukur bahkan meski
kalian harus menanti hingga Hari Kiamat untuk ditebus, sebab kalian
pendusta, sombong, penuh nafsu birahi dan pembunuh dari Orangtua Pertama
kalian dan kalian masih demikian secara individual. Walau demikian
Allah memperkenankan kalian menikmati keindahan alam semesta, kebaikan
alam semesta: dan Ia memperlakukan kalian seolah kalian adalah anak-anak
yang baik, yang diajar dan diberi segala sesuatu supaya hidupnya dapat
lebih berbahagia dan lebih senang. Apa yang kalian ketahui, kalian
ketahui melalui terang Allah. Apa yang kalian temukan, kalian temukan
lewat bimbingan Allah. Dalam Kebaikan. Pengetahuan dan penemuan-penemuan
lain yang memiliki tanda kejahatan, berasal dari Kejahatan Tertinggi:
Setan.
Benak
yang Mahamulia, yang mengetahui segala sesuatu, sebelum manusia ada,
tahu bahwa manusia akan menjadi seorang pencuri dan pembunuh dirinya
sendiri. Dan sebab Kebaikan Kekal tak memiliki batasan-batasan dalam
kebaikan, sebelum Kesalahan ada, Ia memikirkan sarana demi menghapus
Kesalahan. Sarana itu: Aku, sang Sabda. Alat untuk menjadikan sarana sebagai suatu alat yang efisien: Maria. Dan sang Perawan diciptakan dalam benak mahatinggi Allah.
Segala
sesuatu diciptakan bagi-Ku, Putra terkasih Bapa. Aku - Raja - haruslah
memiliki di bawah kaki-kaki Kerajaan IlahiKu permadani-permadani dan
batu-batu berharga yang tidak dimiliki istana kerajaan manapun, dan
nyanyian-nyanyian dan suara-suara dan pelayan-pelayan dan
menteri-menteri sekeliling-Ku seperti yang tidak pernah dimiliki
penguasa manapun, dan bunga-bungaan dan intan permata, semua yang mulia,
agung, kebaikan yang berasal dari pikiran seorang Allah.
Namun
Aku harus menjadi Daging dan Roh. Daging demi menyelamatkan daging.
Daging demi memuliakan daging, membawanya ke Surga jauh berabad-abad
sebelum saatnya. Sebab daging yang didiami roh merupakan mahakarya Allah
dan Surga diciptakan untuknya. Untuk menjadi daging Aku membutuhkan
seorang Bunda. Untuk menjadi Allah adalah perlu bahwa BapaNya adalah
Allah.
Maka Allah menciptakan MempelaiNya dan berkata kepada-Nya: "Marilah bersama-Ku. Di samping-Ku lihatlah apa yang sedang Aku perbuat bagi Putra kita.
Lihatlah dan bersukalah, Perawan abadi, Dara abadi dan kiranya
senyum-Mu memenuhi Surga ini dan memberikan kepada para malaikat nada
awal mereka dan mengajari Firdaus keharmonisan surgawi. Aku
memandang-Mu. Dan Aku melihat-Mu sebagaimana Engkau kelak, Perempuan
Immaculata, Yang sekarang baru berupa roh: roh di mana Aku bersukacita.
Aku memandang-Mu dan Aku memberikan kepada laut dan cakrawala birunya
mata-Mu, kepada jagung suci warna rambut-Mu, putih kepada lily dan merah
kepada mawar, seperti kulit sutera-Mu. Aku menjadikan mutiara-mutiara
dari mengcopy gigi-gigi-Mu yang mungil, Aku menciptakan
strawbery manis dengan melihat mulut-Mu dan Aku memberikan kepada burung
bulbul nada suara-Mu dan kepada tekukur tangis-Mu. Dan dengan membaca
pikiran-pikiran-Mu di masa mendatang dan mendengarkan denyut jantung-Mu,
Aku memiliki motivasi pembimbing dalam mencipta. Marilah, sukacita-Ku,
jadikan alam semesta sebagai mainanmu asal Kau menjadi cahaya yang
menari-nari dalam pikiran-Ku; milikilah alam semesta demi senyum-Mu,
kenakanlah mahkota dan kalung dari bintang-bintang; tempatkanlah bulan
di bawah kaki-Mu yang lembut; jadikan Galatea sebagai syal bintang-Mu.
Bintang-bintang dan planet-planet adalah untuk-Mu. Marilah dan
nikmatilah melihat-lihat bebungaan yang akan menjadi kegirangan
kanak-kanak bagi BayiMu dan bantal bagi Putra dari rahim-Mu. Marilah dan
lihatlah domba dan anak domba, elang dan merpati diciptakan. Tetaplah
di samping-Ku sementara Aku menciptakan relung-relung laut dan alur-alur
sungai dan Aku meninggikan gunung-gemunung serta menghiasi mereka
dengan salju dan hutan belantara. Tetaplah di sini sementara Aku menabur
benih dan pepohonan dan pokok-pokok anggur, dan Aku menciptakan pohon
zaitun bagi-Mu, Milik-Ku yang Damai, dan pokok anggur bagi-Mu, ranting
Anggur-Ku yang akan menghasilkan Berkas anggur Ekaristik.
Berlarilah, terbanglah, bersukacitalah, Cantik-Ku. Dan kiranya alam
semesta yang diciptakan dari waktu ke waktu belajar dari-Mu untuk
mengasihi-Ku, KekasihKu, dan kiranya ia menjadi semakin cantik karena
senyum-Mu, Bunda PutraKu, Ratu Firdaus-Ku, Kekasih AllahMu". Dan lagi,
melihat yang Salah dan mengagumi Yang Tanpa Salah: "Datanglah kepada-Ku,
Engkau yang menghapus kepahitan akan ketidaktaatan manusia, perzinahan
manusia dengan Setan dan kedurhakaan manusia. Aku akan membawa
bersama-Mu pembalasan-Ku atas Setan."
Allah, Bapa Pencipta, telah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan sebuah hukum kasih yang begitu sempurna hingga
kalian bahkan tak akan dapat lagi memahami kesempurnaannya. Dan kalian
menjadi sesat dalam ketakjuban bagaimana jadinya species manusia, andai
manusia tidak diajari oleh Setan bagaimana memperolehnya.
Perhatikanlah tanam-tanaman buah dan benih. Apakah mereka menghasilkan benih dan buah melalui perzinahan, melalui satu
pembuahan dari seratus perkawinan? Tidak. Serbuk sari muncul dari bunga
jantan dan digerakkan oleh suatu hukum meteorik dan magnetik yang
komplex ia menuju ke ovarium bunga betina. Ovarium membuka, menerimanya
dan menghasilkan buah. Ia tidak mencemari dirinya sendiri dan kemudian
menolaknya, seperti yang kalian lakukan, guna menikmati sensasi yang
sama keesokan harinya. Ia menghasilkan buah dan hingga tibanya musim
baru, ia tidak dibuahi lagi dan apabila itu terjadi, itu hanya demi
menghasilkan buah.
Perhatikanlah binatang-binatang. Semuanya.
Pernahkah kalian melihat seekor binatang jantan dan betina saling
menghampiri satu sama lain untuk sekedar berpelukan dan mengumbar hawa
nafsu? Tidak. Dari dekat maupun jauh, mereka terbang, merayap, melompat
ataupun berlari, mereka pergi, apabila saatnya tiba, untuk melakukan
ritus perkawinan. Pun tidak pernah mereka menghindar dengan berhenti
pada kenikmatan, akan tetapi mereka bertindak lebih jauh, ke konsekwensi
serius dan suci akan adanya keturunan, satu-satunya alasan yang
menjadikan manusia ada, setengah dewa menurut asalnya yang dari Rahmat
yang telah Aku perlengkapi, untuk menerima sifat binatang dari tindakan
itu, yang perlu sebab kalian telah turun satu tingkat ke binatang.
Kalian tidak bertindak seperti tanaman dan binatang. Kalian punya Setan sebagai guru kalian. Kalian menginginkannya sebagai guru kalian dan kalian masih menginginkannya.
Dan perbuatan-perbuatan yang kalian lakukan adalah apa yang diharapkan
dari guru yang kalian kehendaki itu. Andai kalian setia kepada Allah,
kalian akan menikmati sukacita memiliki anak-anak, dengan suatu cara
yang suci, tanpa sakit, tanpa melelahkan diri kalian dalam persetubuhan
yang cabul dan memalukan, yang bahkan tak dikenal binatang, meski
binatang tak memiliki akal budi dan jiwa rohani.
Bagi
laki-laki dan perempuan, yang dirusakkan oleh Setan, Allah memutuskan
untuk menentang Manusia yang dilahirkan dari seorang Perempuan, Yang
telah begitu dimuliakan secara luar biasa oleh Allah ke tingkat yang
begitu rupa hingga Perempuan itu menghasilkan keturunan tanpa mengenal
laki-laki: sekuntum Bunga yang menghasilkan sekuntum Bunga, tanpa
membutuhkan benih, melainkan melalui sebuah kecupan unik dari Matahari
kepada piala tak bercela Lily-Maria.
Pembalasan Allah!
Desiskanlah,
O Setan, kedengkianmu sementara Ia [= Maria] datang ke dunia!
Kanak-kanak ini telah menderamu! Sebelum menjadi Pemberontak, Pembelot,
Perusak, kau telah didera dan Ia [= Maria] adalah Penakluk-mu. Seribu
tentara yang berkumpul tak berdaya melawan kuasamu, tangan-tangan
manusia lumpuh di hadapan sisik-sisikmu, hai Yang Abadi, dan tak ada
angin yang mampu menyingkirkan bau busuk napasmu. Dan meski demikian,
tumit Kanak-kanak ini, yang begitu kemerahan hingga laksana bagian dalam
sekuntum camellia merah, dan yang begitu halus dan lembut hingga sutera
nampak kasar dibandingkannya, dan yang begitu kecil hingga dapat masuk
ke dalam piala sekuntum tulip dan membuat bagi dirinya sebuah sepatu
mungil dengan satin sayuran itu, tumit itu akan meremukkan kepalamu
tanpa takut dan menurunkanmu ke liangmu. Dan seruan-Nya memaksamu untuk
melarikan diri, meski kau tidak takut pada tentara. Dan napas-Nya
memurnikan dunia dari bau busukmu. Kau ditaklukkan. Nama-Nya, tatapan
mata-Nya, kemurnian-Nya adalah sebilah tombak, seberkas halilintar yang
menembusimu dan melumpuhkanmu dan membelenggumu dalam liangmu di Neraka,
hai Yang Terkutuk, yang merampas dari Allah sukacita menjadi Bapa dari semua manusia yang diciptakan!
Sia-sia
kau merusak mereka, yang telah diciptakan tanpa dosa, menghantar mereka
pada pengetahuan dan gagasan melalui kenikmatan nafsu birahi,
mengenyahkan Allah, dalam diri makhluk terkasih-Nya, dari menjadi
penolong bagi anak-anak seturut hukum, yang, andai mereka hormati, akan
memelihara keseimbangan di bumi antara jenis kelamin dan suku,
keseimbangan yang bisa mencegah peperangan-peperangan antar manusia
serta bencana di antara keluarga-keluarga.
Dengan
taat, mereka juga akan mengenal kasih. Tidak, hanya dengan taat mereka
akan mengenal kasih dan memilikinya. Suatu kepemilikan yang lengkap dan
damai atas karunia dari Allah ini, Yang dari adikodrati turun kepada
yang lebih rendah, supaya daging juga dapat bersukacita dengan tulus,
sebab ia dipersatukan dengan roh dan diciptakan oleh Dia Yang
menciptakan roh.
Sekarang,
manusia, apakah kasih kalian, apakah yang kalian kasihi? Entah
percabulan yang tersamar sebagai cinta atau ketakutan tanpa akhir akan
kehilangan cinta dari pasangan kalian melalui percabulannya atau
percabulan orang lain. Kalian tidak pernah yakin memiliki hati suami
atau isterimu, sejak nafsu birahi masuk ke dalam dunia. Dan kalian
gemetar dan menangis dan menjadi terlalu tegang akibat cemburu,
terkadang kalian membunuh demi membalaskan dendam suatu pengkhianatan,
terkadang kalian putus asa, dan terkadang kalian tak bergairah atau
bahkan menjadi gila.
Inilah
apa yang telah kau lakukan, Setan, terhadap anak-anak Allah. Mereka
yang telah kau rusak, sebenarnya akan dapat menikmati sukacita mempunyai
anak-anak tanpa menderita sakit apapun dan akan mengalami sukacita
dilahirkan tanpa takut mati. Tetapi sekarang kau dikalahkan dalam diri
seorang Perempuan dan oleh seorang Perempuan. Mulai dari sekarang,
barangsiapa mengasihi-Nya [= Maria] akan sekali lagi menjadi milik
Allah, mengatasi pencobaan-pencobaannya, mampu melihat kemurnian-Nya
yang immaculata. Mulai dari sekarang para ibu, meski tak dapat
mengandung tanpa sakit, akan menemukan penghiburan dalam diri-Nya. Mulai
dari sekarang Ia akan menjadi pembimbing para perempuan yang menikah
dan Bunda dari mereka yang di ambang ajal, sehingga akan terasa manis
meninggal dengan beristirahat pada dada itu yang merupakan perisai
melawanmu, kau Yang Terkutuk, dan menghadapi murka Allah.
Maria
[Valtorta], suara kecil, kau telah menyaksikan kelahiran Putra sang
Perawan dan kenaikan sang Perawan ke Surga. Oleh karenanya engkau telah
melihat bahwa mereka yang tanpa salah tak mengenal
sakit melahirkan pula sakit sakaratulmaut. Akan tetapi jika Bunda Allah
yang Paling Tak Berdosa dianugerahi kesempurnaan karunia-karunia
surgawi, maka mereka semua yang dalam Orangtua Pertama tetap tak berdosa
dan menjadi anak-anak Allah, akan melahirkan tanpa sakit beranak sebab
itu pantas, mereka mengandung tanpa nafsu birahi, dan mereka akan
meninggal tanpa gelisah.
Kemenangan
mahamulia Allah atas dendam Setan adalah demi meningkatkan kesempurnaan
makhluk terkasih ke suatu kesempurnaan super yang akan membatalkan sekurangnya dalam diri satu orang
segala kenangan kemanusiaan, yang terkena racun Setan, sehingga Putra
diturunkan bukan melalui pelukan murni seorang laki-laki, melainkan
melalui pelukan ilahi yang membuat roh berubah warna dalam ekstase Api.
Keperawanan sang Perawan!...
Marilah!
Renungkanlah keperawanan penuh makna ini yang menimbulkan kebingungan
ekstatik dalam permenungannya! Apakah makna keperawanan malang dari
seorang perempuan yang tak dinikahi laki-laki? Tak ada artinya. Apakah
makna keperawanan dari seorang perempuan yang rindu menjadi seorang
perawan demi menjadi milik Allah, tetapi perawan dalam tubuhnya saja dan
tidak dalam rohnya, di mana dia membiarkan pikiran-pikiran asing masuk
dan menghibur pikiran-pikiran birahi manusia? Itu adalah keperawanan
munafik! Sangat sedikit maknanya. Apakah makna keperawanan dari seorang
biarawati di balik dinding biara yang hidup hanya bagi Allah? Banyak
sekali. Akan tetapi itu tidak pernah bisa disebut keperawanan sempurna
apabila dibandingkan dengan keperawanan BundaKu.
Selalu
ada suatu persatuan, juga dalam diri orang yang paling kudus sekalipun.
Persatuan asal antara roh dan kesalahan. Persatuan yang hanya dapat
dipisahkan oleh Baptis. Baptis memisahkannya, namun seperti halnya
seorang perempuan dipisahkan dari suaminya karena kematian sang suami,
hal itu tidak membuat keperawanan utuh seperti pada Orangtua Pertama
sebelum Dosa. Sebuah bekas luka tinggal dan terasa sakit membuat orang
mengingatnya, dan luka itu selalu siap untuk menjadi sebuah borok
seperti penyakit tertentu yang secara periodik semakin memburuk karena
virus. Dalam sang Perawan tak ada tanda persatuan yang dipisahkan dengan
Kesalahan ini. Jiwa-Nya tampak indah dan utuh seperti ketika Bapa
menciptakan-Nya, dengan menghimpun segala rahmat dalam diri-Nya.
Ia
adalah sang Perawan. Ia Yang Satu. Ia Yang Sempurna. Yang Utuh.
Diciptakan begitu rupa. Dilahirkan begitu rupa. Tetap begitu rupa.
Dimahkotai begitu rupa. Kekal begitu rupa. Ia adalah sang Perawan. Ia
adalah puncak dari yang tak terpahami, dari kemurnian, dari rahmat yang
hilang dalam Jurang dari mana ia muncul: dalam Allah: Yang Tak
Terpahami, Kemurnian, Rahmat yang paling sempurna.
Itulah
pembalasan Allah yang Tritunggal dan yang Satu. Melawan makhluk-makhluk
yang dicemarkan Ia meninggikan Bintang ini ke kesempurnaan. Melawan
keingintahuan yang merusak Ia meninggikan Perawan Bersahaja ini, yang
hanya puas dengan mengasihi Allah. Melawan pengetahuan si jahat, Perawan
Tak Berdosa yang agung ini. Dalam Dia bukan hanya tak ada pengenalan
akan kasih yang menyedihkan: bukan hanya tak ada tidak-mengenal kasih
yang telah Allah berikan kepada orang-orang yang menikah. Jauh terlebih
lagi. Dalam Dia ada ketiadaan pemicu, warisan Dosa. Dalam Dia hanya ada
kebijaksanaan kasih ilahi yang sedingin es dan yang panas membara. Suatu
api yang menguatkan daging dengan es, agar ia menjadi sebuah cermin
transparan di altar di mana Allah menikahi seorang Perawan dan tidak
merendahkan DiriNya sebab kesempurnaan-Nya memeluk kesempurnaan sang
Perawan, yang, sebab menjadi seorang mempelai perempuan, lebih rendah
hanya satu tingkat dari-Nya, tunduk kepada-Nya sebagai seorang
Perempuan, namun tanpa salah seperti Ia adanya."
(1) Arpeggio: bunyi nada-nada berturut-turut dengan cepat.
5. PENTAHIRAN ANNA DAN MARIA DIPERSEMBAHKAN
28 Agustus 1944
Di
Yerusalem aku melihat Yoakim dan Anna, bersama Zakharia dan Elisabet,
keluar dari sebuah rumah, yang pastilah milik sahabat atau sanak, dan
mereka mengarahkan langkah mereka menuju Bait Allah untuk upacara
Pentahiran.
Anna
menggendong si Bayi, yang sepenuhnya terbungkus dalam kain bedung,
tidak, sepenuhnya terbungkus dalam sehelai pakaian lebar terbuat dari
wool tipis, yang, meski demikian, pastilah lembut dan hangat. Mustahil
menggambarkan betapa berhati-hati dan penuh kasih ia menggendong dan
menjaga makhluk kecilnya, mengangkat pinggiran kain yang lembut dan
hangat itu untuk melihat apakah Maria dapat bernapas bebas, dan lalu ia
menatanya kembali guna melindungi-Nya dari udara menusuk suatu hari di
musim dingin yang cerah namun dingin.
Elisabet
membawa beberapa bungkusan di tangan-tangannya. Yoakim menarik dengan
seutas tali dua ekor anak domba yang besar dan putih bersih, yang lebih
serupa domba-domba jantan daripada anak-anak domba. Zakharia tidak
membawa apa-apa. Ia tampan dalam pakaian linennya, yang kelihatan di
bawah mantol wool tebal berwarna putih. Zakharia, jauh lebih muda
dibandingkan ketika ia nampak saat kelahiran Pembaptis, dalam kematangan
usianya, sebagaimana Elisabet adalah seorang perempuan yang sudah
berumur, namun masih segar dalam penampilannya: dan ia membungkuk dalam
ekstase di atas wajah mungil yang tertidur, setiap kali Anna melihat
sang Bayi. Ia juga cantik dalam balutan pakaian birunya yang nyaris
lembayung tua dan dalam kerudungnya yang menutupi kepalanya dan lalu
jatuh terjuntai pada bahunya, dan pada mantolnya yang berwarna lebih
gelap dari gaunnya.
Namun
Yoakim dan Anna sungguh berwibawa dalam balutan pakaian terbaik mereka.
Tak seperti biasanya, Yoakim tidak mengenakan jubah coklat tuanya.
Sebagai ganti, ia mengenakan pakaian panjang berwarna merah tua gelap,
yang sekarang kita sebut merah St. Yosef, dan jumbai-jumbai pada
mantolnya baru dan indah. Ia, juga, mengenakan semacam kerudung
segiempat pada kepalanya yang diikatkan dengan selembar pita kulit.
Semuanya serba baru dan dari kualitas terbaik.
Anna,
oh! Ia tidak mengenakan gaun gelap hari ini! Gaunnya berwarna kuning
sangat pucat, nyaris seperti warna gading tua, yang diikatkan pada
pinggang, leher dan pergelangan tangannya dengan sebuah sabuk besar yang
kelihatan seperti dari perak dan emas. Kepalanya tertutup sehelai
kerudung damas yang sangat tipis, yang dipasangkan pada dahinya dengan
sebuah plat tipis namun berharga. Ia mengenakan seuntai kalung dari
benang logam mulia berpola renda sekeliling lehernya dan gelang-gelang
pada kedua pergelangan tangannya. Ia bagai seorang ratu, juga karena
wibawa dengan mana ia mengenakan gaunnya, dan teristimewa mantolnya,
yang berwarna kuning muda dengan pinggiran pola geometris Yunani yang
dengan indah disulamkan dalam warna yang senada.
"Engkau
kelihatan persis seperti pada hari pernikahanmu. Aku masih sedikit
lebih tua dari seorang gadis waktu itu, tapi aku masih ingat betapa
cantik dan bahagianya engkau," kata Elisabet.
"Tapi
sekarang aku bahkan terlebih bahagia... dan aku memutuskan untuk
mengenakan gaun yang sama untuk upacara ini. Aku telah menyimpannya
untuk saat ini… dan tadinya aku tak lagi berharap untuk mengenakannya untuk ini."
"Tuhan telah sangat mengasihimu…" kata Elisabet dengan menghela napas.
"Dan itulah sebabnya mengapa aku memberikan kepada-Nya apa yang paling aku cintai. Bungaku ini."
"Bagaimanakah kau akan dapat merenggutnya dari hatimu bila saatnya tiba?"
"Dengan
mengingat bahwa aku tidak memiliki-Nya dan bahwa Allah memberikan-Nya
kepadaku. Aku akan selalu lebih berbahagia sekarang daripada waktu itu.
Ketika aku tahu Ia ada di Bait Allah aku akan mengatakan kepada diriku
sendiri: "Ia sedang berdoa dekat Tabernakel, Ia berdoa kepada Allah
Israel juga untuk mama-Nya" dan aku akan merasa damai. Dan aku akan
merasa terlebih damai dengan mengatakan: "Ia sepenuhnya milik Allah.
Apabila kedua orangtua yang lanjut usia namun berbahagia ini, yang
menerima-Nya dari Surga, sudah tidak lagi hidup, maka Ia, yang Kekal,
akan tetap menjadi BapaNya." Percayalah padaku, aku sepenuhnya yakin,
makhluk kecil ini bukanlah milik kita. Aku sudah tak mampu melakukan
apa-apa lagi... Ia yang menempatkan-Nya dalam dadaku, suatu karunia
ilahi untuk menghapuskan airmataku dan menggenapi
pengharapan-pengharapan kami dan doa-doa kami. Itulah sebabnya mengapa
Ia milik Allah. Kami adalah para pelindung yang berbahagia… dan semoga
Allah diberkati untuk ini!"
Sekarang mereka telah tiba di tembok-tembok Bait Allah.
"Sementara
kalian menuju Gerbang Nicanor, aku akan pergi dan memberitahu imam. Dan
lalu aku akan datang pula," kata Zakharia. Dan ia menghilang di balik
suatu bangunan melengkung yang menghantar ke dalam sebuah halaman luas
yang dikelilingi serambi-serambi.
Rombongan
itu terus berjalan sepanjang teras-teras berikutnya. Aku tidak tahu
apakah aku telah mengatakan ini sebelumnya: tembok yang mengelilingi
Bait Allah tidak berdiri pada tanah datar melainkan naik semakin dan
semakin tinggi melalui teras-teras yang berurutan. Tiap-tiap teras
dicapai dengan anak-anak tangga dan pada masing-masing teras terdapat
halaman-halaman dan serambi-serambi serta pintu-pintu gerbang yang indah
terbuat dari marmer, perunggu dan emas.
Sebelum
tiba di tempat tujuan mereka berhenti untuk mengeluarkan isi bungkusan:
cake, aku pikir, yang lebar dan ceper dan sangat berminyak, tepung
putih, dua ekor merpati dalam sebuah sangkar kecil dari anyaman serta
beberapa koin perak besar: koin-koin itu lumayan berat tapi untungnya
pakaian tidak memiliki saku-saku pada masa itu jika tidak, pastilah
koin-koin itu akan melubangi saku-saku mereka.
Inilah
Gerbang Nicanor yang indah, seluruhnya dipahat dalam perunggu tebal
bersepuh perak. Zakharia sudah di sana di samping seorang imam yang
berwibawa berpakaian linen.
Anna
diperciki dengan apa yang aku pikir adalah air suci pembesihan dan lalu
ia diperintahkan untuk maju ke altar kurban. Sang Kanak-kanak tak lagi
ada dalam buaiannya. Elisabet, yang berhenti di sisi Gerbang, telah
mengambil alih si Bayi.
Yoakim,
sebaliknya, berjalan di belakang isterinya, dengan menyeret seekor anak
domba yang mengembik pilu. Dan aku... aku melakukan tepat sama seperti
yang aku lakukan pada waktu pentahiran Maria: aku menutup kedua mataku
agar tidak melihat pembantaian.
Sekarang Anna ditahirkan.
Zakharia
membisikkan sesuatu kepada rekannya, yang mengangguk seraya tersenyum.
Ia lalu menghampiri rombongan yang telah berkumpul kembali dan memberi
selamat kepada sang ibu dan bapa atas sukacita mereka dan kesetiaan
mereka kepada janji-janji; kepada imam diberikan anak domba yang kedua,
tepung dan cake.
"Jadi
Putri ini dikuduskan bagi Tuhan? Semoga berkat Tuhan tinggal
bersama-Nya dan bersama kalian. Ini Hana datang. Ia akan menjadi salah
seorang dari guru-Nya. Hana anak Fanuel dari suku Asyer. Kemarilah,
perempuan. Si kecil ini dipersembahkan ke Bait Allah sebagai kurban
pujian. Kau akan menjadi guru-Nya dan Ia akan bertumbuh menjadi kudus di
bawah bimbinganmu."
Hana,
yang rambutnya sudah sepenuhnya abu-abu, menimang sang Kanak-kanak,
yang telah terbangun dan melihat dengan mata tak berdosa-Nya yang heran
pada semua yang nampak putih dan keemasan tertimpa cahaya matahari.
Upacara
pastilah telah usai. Aku tidak melihat suatu upacara istimewa bagi
persembahan Maria. Mungkin sudah cukup mengatakan kepada imam, dan di
atas semuanya Allah, di tempat suci itu.
"Aku ingin memberikan persembahan kepada Bait Allah dan pergi ke sana di mana aku melihat cahaya itu tahun lalu."
Mereka
pergi dengan disertai Hana anak Fanuel. Mereka tidak memasuki Bait
Allah yang sesungguhnya; sebab mereka perempuan dan dalam kasus yang
dipersembahkan adalah seorang gadis kecil, bisa dimaklumi jika mereka
bahkan tidak pergi sampai ke tempat di mana Maria pergi untuk
mempersembahkan PutraNya. Tetapi sangat dekat dengan pintu yang terbuka
lebar, mereka melihat ke bagian dalam yang setengah gelap darimana
nyanyian-nyanyian merdu para gadis dapat terdengar dan di mana
lampu-lampu berharga dinyalakan dan memancarkan suatu cahaya keemasan
pada dua petak bungkul-bungkul berkerudung putih: dua petak bunga lily
yang sesungguhnya.
"Dalam
waktu tiga tahun lagi Kau akan berada di sana juga, Lilyku," janji Anna
kepada Maria, Yang melihat terpesona ke bagian dalam dan tersenyum
mendengar nyanyian lembut itu.
"Kau
akan berkata bahwa Ia mengerti," kata Hana anak Fanuel. "Ia seorang
kanak-kanak yang cantik! Ia akan aku kasihi seolah Ia puteriku sendiri.
Aku berjanji kepadamu, bunda. Andai aku diperkenankan untuk menjadi
gurunya."
"Pasti,
perempuan," kata Zakharia. "Kau akan menerima-Nya di antara para gadis
suci. Aku juga akan ada disana. Aku ingin ada di sana pada hari itu
untuk mengatakan kepada-Nya agar ia mendoakan kami sejak dari saat
pertama..." dan ia memandang isterinya yang mengerti dan menghela napas.
Upacara usai dan Hana anak Fanuel undur diri, sementara yang lain meninggalkan Bait Allah sambil bercakap-cakap satu sama lain.
Aku
mendengar Yoakim mengatakan: "Bukan hanya dua ekor anak domba dan yang
terbaik, tetapi aku akan memberikan seluruh anak-anak dombaku bagi
sukacita ini dan untuk memuji Allah!"
Aku tidak melihat apa-apa lagi.
Yesus bersabda:
"Salomo
dalam Kebijaksanaannya mengatakan: "Barangsiapa seorang kanak-kanak,
biarlah ia datang kepadaku." Dan sungguh dari benteng, dari
tembok-tembok kota-Nya [= Maria], Kebijaksanaan Abadi mengatakan kepada
Dara Abadi: "Datanglah kepada-Ku," sebab rindu memiliki-Nya. Di kemudian
hari Putra dari Dara Termurni akan mengatakan: "Biarkan anak-anak kecil
datang kepada-Ku sebab merekalah empunya Kerajaan Surga, dan
barangsiapa tidak menjadi seperti mereka tidak akan beroleh bagian dalam
Kerajaan-Ku." Suara-suara bersahutan satu sesudah yang lain dan
sementara suara Surga berseru kepada Maria kecil: "Datanglah kepada-Ku",
suara Manusia berbicara, dan memikirkan BundaNya ketika mengatakan:
"Datanglah kepada-Ku jika engkau dapat menjadi seperti anak-anak."
Aku memberikan BundaKu kepada kalian sebagai teladan.
Inilah
Dara sempurna dengan hati yang murni dan bersahaja bagai seekor
merpati, inilah Dia Yang tahun-tahun-Nya dan kontak duniawi-Nya tidak
menjadikan-Nya tidak taat dalam kekejian roh yang palsu, bengkok dan
rusak. Sebab Ia tidak menghendakinya. Datanglah kepada-Ku, dengan memandang Maria.
Sebab
kau melihat-Nya, katakan kepada-Ku: Adakah tatapan mata-Nya sebagai
seorang bayi amat berbeda dari yang kau lihat ketika Ia berada di kaki
Salib atau dalam kebahagiaan Pentakosta atau ketika kedua kelopak
mata-Nya menutup di atas mata tak berdosa-Nya untuk tidur terakhir-Nya?
Tidak. Inilah tatapan ketidakpastian dan heran dari seorang bayi,
kemudian menjadi tatapan takjub dan rendah hati dari Kabar Sukacita, dan
kemudian tatapan bahagia dari sang Bunda di Bethlehem, dan kemudian
tatapan penyembahan dari Murid-Ku yang pertama dan termulia, kemudian
tatapan pilu dari Bunda yang Berduka di Golgota, kemudian tatapan
berseri dari Kebangkitan dan Pentakosta, dan kemudian tatapan
terselubung tidur ekstatik dari penglihatan terahir. Namun, apakah mata
itu terbuka pada pandangan pertama, atau tertutup letih pada terang
terakhir, setelah melihat begitu banyak sukacita
dan kengerian, mata-Nya adalah bagian langit yang jernih, murni, damai
yang senantiasa bersinar di bawah dahi Maria. Amarah, kepalsuan,
kesombongan, percabulan, kedengkian, keingintahuan tiada pernah
mencemarinya dengan awan kelamnya.
Itulah
mata yang memandang Allah dengan penuh cinta, entah ia menangis atau
tertawa, dan demi Allah membelai dan mengampuni serta menanggung segala
sesuatu, dan dengan kasih Allah tak mempan terhadap serangan si Jahat,
yang begitu sering memanfaatkan mata untuk menembusi hati. Adalah mata
yang murni, tenang, terberkati yang dimiliki mereka yang murni, para
kudus, para kekasih Allah.
Aku
mengatakan: "Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah
seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu." Para
kudus memiliki mata ini yang adalah terang bagi jiwa dan keselamatan
bagi daging, sebab seperti Maria sepanjang hidup mereka memandang hanya
kepada Allah. Terlebih lagi: mereka ingat akan Allah.
Aku akan menjelaskan kepadamu, suara kecil-Ku, makna dari perkataan-Ku ini."
6. PUTRA TELAH MENEMPATKAN KEBIJAKSANAAN-NYA KE ATAS BIBIR BUNDANYA
29 Agustus 1944
Aku
melihat Anna sekali lagi: sejak kemarin sore aku melihatnya seperti
ini: duduk di pintu masuk pergola yang rindang, sibuk dengan jahitannya.
Ia mengenakan gaun berwarna abu-abu pasir, sangat sederhana dan sangat
lebar, mungkin karena hawa yang panas menyengat.
Di
ujung pergola alat-alat pemotong kelihatan sedang memotong jerami. Tapi
itu pasti bukan jerami panenan pertama sebab buah-buah anggur nyaris
berwarna keemasan dan buah-buah dari sebatang pohon apel yang besar
nampak kuning berkilau dan merah lilin. Ladang jagung bukan apa-apa
selain dari tunggul dengan bunga-bunga poppy berayun-ayun bagai
nyala-nyala api kecil dan bunga-bunga liar yang kaku dan bersih
berbentuk seperti bintang-bintang dan sebiru langit timur.
Maria
kecil datang muncul dari pergola yang rindang: Ia telah lincah dan
mandiri. Langkah-langkah kecil-Nya mantap dan sandal putih-Nya tidak
menyandung kerikil-kerikil. Cara berjalan-Nya yang lemah-gemulai telah
seperti langkah seekor merpati yang sedikit bergelombang, dan Ia
sepenuhnya putih - bagai seekor merpati kecil - dalam balutan gaun
linen-Nya yang terjuntai hingga ke mata kaki-Nya. Sehelai gaun lebar
yang dikerut pada bagian leher dengan sehelai pita biru dan
lengan-lengan baju yang pendek memperlihatkan lengan-lengan yang
kemerahan dan montok. Ia tampak bagai seorang malaikat kecil: rambut-Nya
selembut sutera dan berwarna pirang madu, tidak terlalu keriting tapi
dengan cantik berombak dan berakhir dengan keriting: mata-Nya biru
langit, wajah mungil-Nya yang manis kemerahan dan tersenyum. Juga
hembusan angin yang melewati lengan-lengan baju-Nya yang lebar meniup
bagian bahu gaun linen-Nya membantu memberi-Nya tampilan seorang
malaikat kecil dengan sayap-sayapnya setengah terbuka siap untuk
terbang.
Ada
dalam tangan-tangan-Nya bunga-bunga poppy, bunga-bunga liar padang dan
bunga-bunga lain yang tumbuh di ladang jagung, tapi aku tidak tahu nama
bunga-bunga itu. Ia berjalan dan ketika sudah dekat bunda-Nya Ia mulai
berlari, berteriak kegirangan dan, bagai seekor merpati kecil, Ia
mengakhiri perjalanan-Nya pada lutut bundaNya: ia telah membuka kedua
lututnya untuk menerima-Nya. Anna telah mengesampingkan jahitannya agar
Ia tak tertusuk dan telah merentangkan kedua tangannya untuk
memeluk-Nya.
Sejauh itu kemarin sore. Pagi ini Ia muncul kembali dan berlanjut sebagai berikut.
"Mama,
mama!" Si merpati putih kecil sama sekali terbenam dalam sarang lutut
bundaNya, menyentuh rerumputan pendek dengan kaki mungil-Nya dan
menyembunyikan wajah-Nya dalam pangkuan bundaNya, hingga hanya rambut
keemasan-Nya yang kelihatan pada tengkuk leher-Nya ke atas mana Anna
membungkuk untuk mengecupnya penuh sayang.
Lalu
Ia mengangkat kepala-Nya dan memberikan bunga-bunga kepada bundaNya.
Semuanya untuk mamaNya dan untuk tiap-tiap bunga Ia menceritakan kisah
yang telah dikarang-Nya.
Yang
biru dan besar ini, adalah sebuah bintang yang telah turun dari Surga
untuk membawa kecupan Tuhan kepada mamaKu. Ini: ciumlah bunga surgawi
kecil ini di sana, pada hatinya, dan kau akan lihat bahwa ia berasa
Allah.
Yang
lain ini, sebaliknya, yang biru lebih muda, seperti mata papa, telah
menuliskan pada daun-daunnya bahwa Tuhan sangat mengasihi papa sebab ia
baik.
Dan
yang sangat kecil mungil ini, satu-satunya yang dapat ditemukan,
(sekuntum myosote), adalah yang dibuat Allah untuk mengatakan kepada
Maria bahwa Allah mengasihi-Nya.
Dan
yang merah-merah ini, apakah Mama tahu apa itu? Itu adalah
potongan-potongan pakaian Raja Daud, bernoda darah para musuh Israel dan
yang tercecer pada medan-medan perang dan medan-medan kemenangan.
Potongan-potongan itu berasal dari cabikan-cabikan pakaian kebesaran
yang gagah yang terkoyak dalam pertempuran demi Tuhan.
Sebaliknya
yang putih dan lembut ini, yang tampak seperti dibuat dengan tujuh
cawan sutera yang menatap ke Surga, yang harum mewangi, dan yang tumbuh
di sana, dekat mata air, papa mengambilnya untuk-Nya [= Maria] dari
antara onak duri - dibuat dengan pakaian Salomo. Salomo mengenakannya,
bertahun-tahun yang silam, pada bulan yang sama di mana cucu perempuan
kecilnya dilahirkan, ketika ia berjalan di tengah himpunan orang Israel
di depan Tabut dan Tabernakel [= Kemah Suci], dalam kemegahan jubah
kebesarannya. Dan ia bersukacita karena awan yang kembali untuk
melingkupi kemuliaannya, dan ia memadahkan kidung dan doa sukacitanya.
"Aku
ingin selalu seperti bunga ini, dan seperti raja yang bijaksana Aku
hendak memadahkan sepanjang hidup-Ku kidung-kidung dan doa-doa di
hadapan Tabernakel," Maria mengakhiri.
"Bagaimana Kau tahu perkara-perkara suci ini, sayangku? Siapakah yang memberitahu-Mu? BapaMu?"
"Bukan.
Aku tidak tahu siapa. Aku pikir aku sudah selalu mengetahuinya. Mungkin
ada seseorang yang mengatakannya kepada-Ku dan Aku tidak melihatnya.
Mungkin salah seorang dari para malaikat yang Allah kirim untuk
berbicara kepada orang-orang yang baik. Mama, maukah engkau menceritakan
kepada-Ku kisah yang lain?"
"Oh, sayangku! Kisah mana yang ingin Kau ketahui?"
Maria
tengah berpikir, larut tenggelam dalam pikiran-pikiran-Nya.
Ekspresi-Nya seharusnya diabadikan dalam sebuat potret. Bayang-bayang
pikiran-Nya tercermin pada wajah kekanak-kanakan-Nya. Ada
senyuman-senyuman dan helaan-helaan napas, sinar matahari dan awan-awan,
memikirkan sejarah Israel. Kemudian Ia membuat keputusan: "Sekali lagi
kisah tentang Gabriel dan Daniel, di mana Kristus dijanjikan."
Dan
Ia mendengarkan, dengan kedua mata-Nya tertutup, mengulangi dengan
suara lirih kata-kata yang diucapkan bundaNya, seolah hendak
mengingatnya lebih baik. Ketika Anna sampai pada akhir cerita Ia
bertanya: "Berapa lama lagi sebelum kita memiliki sang Imanuel?"
"Sekitar tigapuluh tahun, sayangku."
"Begitu lama sekali! Dan Aku akan sudah berada di Bait Allah… Katakan, jika Aku berdoa sangat tekun, begitu tekun,
siang dan malam, malam dan siang, dan Aku ingin menjadi hanya milik
Allah, sepanjang hidup-Ku, demi tujuan ini, apakah Bapa yang Kekal
menganugerahi-Ku rahmat dengan mengutus Mesias kepada umat-Nya lebih
cepat?"
"Aku
tidak tahu, sayangku. Nabi mengatakan: "tujuhpuluh minggu." Aku tidak
berpikir bahwa suatu nubuat dapat salah. Akan tetapi Tuhan itu begitu
baik," ia ragu menambahkan, melihat airmata muncul di atas bulu mata
berwarna terang anaknya, "Tuhan itu begitu baik hingga aku percaya bahwa
jika Kau sungguh berdoa sangat tekun, begitu tekun, Ia akan mendengarkan doa-Mu."
Seulas
senyum sekali lagi muncul pada wajah mungil-Nya, yang telah diangkatnya
ke arah bundaNya dan sinar matahari, yang masuk lewat celah
cabang-cabang anggur menyebabkan air mata-Nya berkilau bagai
tetesan-tetesan embun pada tangkai-tangkai lumut alpine yang sangat
tipis.
"Kalau begitu Aku akan berdoa dan Aku akan menjadi seorang perawan untuk ini."
"Tetapi tahukah Kau apa itu artinya?"
"Artinya
bahwa orang tidak mengenal kasih manusia, melainkan hanya kasih kepada
Allah. Artinya bahwa orang tidak memikirkan yang lain selain Tuhan.
Artinya tetap kanak-kanak dalam daging dan malaikat dalam hati. Artinya
bahwa orang tiada memiliki mata selain untuk memandang Allah, dan
telinga untuk mendengarkan-Nya, dan mulut untuk memuji-Nya, tangan untuk
mempersembahkan dirinya sebagai suatu kurban, kaki untuk mengikuti-Nya
dengan mantap, dan hati serta hidup untuk dipersembahkan kepada-Nya."
"Semoga
Allah memberkati-Mu! Tapi jika demikian Engkau tidak akan pernah
mempunyai anak-anak, padahal Kau begitu menyayangi bayi-bayi dan
anak-anak domba kecil serta merpati... Kau tahu itu? Seorang bayi bagi
ibunya adalah bagaikan anak domba kecil putih berbulu keriting, dia
adalah bagaikan merpati kecil dengan bulu-bulu sutera dan bibir merah
untuk dicintai dan dikecup dan terdengar mengatakan: "Mama!"
"Tidak
apa-apa. Aku akan menjadi milik Allah. Aku akan berdoa di Bait Allah.
Dan mungkin suatu hari kelak Aku akan melihat sang Imanuel. Perawan yang
akan menjadi BundaNya pastilah telah lahir, seperti dikatakan Nabi
agung, dan Ia [= sang Perawan] ada di Bait Allah... Aku akan menjadi
teman-Nya ... pelayannya. Oh! Ya. Andai Aku bisa bertemu dengan-Nya [=
sang Perawan], melalui terang Allah, Aku rindu melayani-Nya, Ia yang
Diberkati. Dan kemudian, Ia akan membawa PutraNya kepada-Ku, Ia akan
membawa-Ku kepada PutraNya, dan Aku akan melayani-Nya juga... Bayangkan
itu, mama!... Melayani sang Mesias!!" Maria dikuasai oleh pemikiran ini
yang meninggikan-Nya dan sekaligus menjadikan-Nya sepenuhnya rendah
hati. Dengan kedua tangan-Nya tersilang di dada-Nya dan kepala
mungil-Nya sedikit membungkuk ke depan dan berbinar dalam emosi, Ia
bagai suatu reproduksi kanak-kanak dari Kabar Sukacita yang aku lihat.
Ia berkata lagi: "Tetapi akankah Raja Israel, Tuhan yang Diurapi,
memperkenan-Ku melayani-Nya?"
"Janganlah ragu mengenai itu. Bukankah Raja Salomo mengatakan: "Permaisuri ada enampuluh, selir delapanpuluh, dan dara-dara tak terbilang banyaknya?" Dapat Kau lihat bahwa dalam istana Raja akan ada dara-dara tak terbilang banyaknya yang melayani sang Tuan."
"Oh! Jadi dapat kau lihat bahwa Aku harus seorang perawan? Aku harus.
Jika Ia menghendaki seorang perawan sebagai BundaNya, itu berarti bahwa
Ia mencintai keperawanan di atas segalanya. Aku ingin Ia mengasihi-Ku,
daraNya, karena keperawanan yang akan membuat-Ku sedikit serupa dengan
Bunda terkasih-Nya... Inilah yang Aku inginkan... Aku juga ingin menjadi
seorang pendosa, seorang pendosa besar, andai saja Aku tak takut menghinakan Tuhan… Katakan kepada-Ku, mama, dapatkah orang menjadi seorang pendosa demi kasih kepada Allah?"
"Tetapi apakah yang Kau bicarakan, sayangku? Aku tidak mengerti maksud-Mu."
"Yang
Aku maksud: melakukan suatu dosa supaya dikasihi oleh Allah, Yang
menjadi Juruselamat. Barangsiapa sesat, diselamatkan. Bukankah begitu? Aku
ingin diselamatkan oleh Juruselamat demi mendapatkan pandangan
kasih-Nya. Itulah sebabnya mengapa Aku ingin berdosa, tetapi tidak
melakukan suatu dosa yang akan membuat-Nya merasa jijik. Bagaimanakah Ia dapat menyelamatkan-Ku jika aku tidak sesat?"
Anna tercengang. Ia tidak tahu harus berkata apa.
Yoakim
menolongnya. Ia telah menghampiri mereka dengan berjalan tanpa suara di
atas rerumputan, di belakang pagar rendah dari taruk-taruk anggur. "Ia
telah menyelamatkan-Mu terlebih dahulu, sebab Ia tahu bahwa Kau
mengasihi-Nya dan Kau ingin hanya mengasihi-Nya saja. Jadi Kau telah
ditebus dan Kau dapat menjadi seorang perawan seperti yang Kau
kehendaki," kata Yoakim.
"Benarkah
begitu, papa?" Maria memeluk kedua lutut Yoakim dan memandang kepadanya
dengan mata biru-Nya yang jernih, yang begitu mirip mata bapaNya dan
begitu bahagia karena pengharapan ini yang Ia dapatkan dari bapaNya.
"Benar,
mungil sayangku. Lihatlah! Aku membawakan untuk-Mu burung pipit kecil
ini, yang saat terbang pertamanya mendarat dekat mata air. Aku bisa saja
membiarkannya di sana tetapi sayap-sayapnya yang lemah tak memiliki
cukup kekuatan untuk terbang lagi, dan kaki-kaki kecilnya tak dapat
berpijak pada batu-batu berlumut yang licin. Ia akan jatuh ke dalam air.
Tapi aku tak menunggu itu terjadi. Aku menangkapnya dan sekarang aku
menyerahkannya kepada-Mu. Kau lakukan apa yang Kau suka dengannya.
Kenyataannya adalah bahwa burung itu telah diselamatkan sebelum ia jatuh
ke dalam bahaya. Allah telah melakukan yang sama dengan-Mu. Sekarang,
katakan, Maria: apakah aku telah lebih mengasihi si burung pipit dengan
menyelamatkannya terlebih dahulu, atau apakah aku akan lebih
mengasihinya dengan menyelamatkannya sesudahnya?"
"Engkau telah mengasihinya sekarang , sebab engkau tidak membiarkannya terluka dalam air yang dingin."
"Dan Allah telah lebih mengasihi-Mu, sebab Ia telah mengasihi-Mu sebelum Kau berdosa."
"Dan Aku akan mengasihi-Nya dengan segenap hatiku. Segenap hatiku.
Burung pipit kecil-Ku yang cantik, Aku sepertimu. Tuhan telah mengasihi
kita berdua secara sama, dengan menyelamatkan kita... Sekarang Aku akan
memeliharamu dan lalu Aku akan melepaskanmu. Dan kau di hutan dan Aku
di Bait Allah akan memadahkan puji-pujian kepada Allah, dan kita akan
mengatakan: "Mohon utuslah Ia yang Kau janjikan kepada mereka yang
mengharapkan-Nya." Oh! Papa, kapankah kau akan membawa-Ku ke Bait
Allah?"
"Segera, sayangku. Tetapi apakah Kau tidak sedih meninggalkan bapaMu?"
"Ya, sangat! Tetapi bagaimanapun kau akan datang…, jika itu tidak melukaimu, betapa besar kurban itu!"
"Dan apakah Kau akan mengingat kami?"
"Akan
selalu. Sesudah doa bagi Imanuel Aku akan berdoa bagimu. Agar Allah
berkenan memberimu sukacita dan umur panjang... hingga hari Ia menjadi
sang Juruselamat. Lalu Aku akan meminta-Nya untuk membawamu ke Yerusalem
surgawi."
Penglihatan berakhir dengan Maria didekap erat dalam pelukan bapaNya.
Yesus bersabda:
"Aku
telah dapat mendengar komentar-komentar para alim ulama dengan
keberatan-keberatan yang dicari-cari: "Bagaimana bisa seorang gadis
kecil belum genap tiga tahun berbicara demikian? Itu suatu yang
berlebihan." Dan mereka tidak berpikir bahwa mereka menjadikan-Ku
monster dengan menganggap Aku melakukan tindakan-tindakan dewasa pada
masa kanak-kanak-Ku sendiri.
Inteligensi
tidak diberikan kepada setiap orang dengan cara yang sama dan pada
waktu yang sama. Gereja telah menetapkan usia pemahaman [= age of
reason] pada usia enam tahun, karena itulah usia ketika bahkan seorang
anak yang terbelakang dapat membedakan yang baik dari yang jahat,
setidaknya dalam perkara-perkara penting yang mendasar. Akan tetapi ada
anak-anak yang jauh sebelum usia itu mampu membedakan [= discerning] dan memahami [= understanding] dan menghendaki [= wanting] dengan kebijaksanaan yang cukup berkembang. Kanak-kanak Imelda Lambertini, Rosa da Viterbo, Nellie Organ, Nennolina,
dapat menjadi bukti bagi kalian, wahai alim ulama, untuk percaya bahwa
BundaKu dapat berpikir dan berbicara seperti itu. Aku telah menyebutkan
empat nama secara acak di antara ribuan anak-anak kudus yang mendiami
Firdaus-Ku, sesudah memahami di dunia sebagai orang-orang dewasa
kemungkinan lebih atau kurang beberapa tahun.
Apa
itu pemahaman? Suatu karunia dari Allah. Oleh karena itu Allah dapat
memberikannya seperti yang dikehendaki-Nya, kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan bilamana dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pemahaman
adalah salah satu hal yang membuat kalian lebih serupa Allah, Roh
Inteligen dan Pemahaman. Pemahaman dan inteligensi adalah rahmat yang
dianugerahkan Allah kepada Manusia di Firdaus Duniawi. Betapa mereka
penuh daya hidup, ketika Rahmat masih hidup, masih utuh dan aktif dalam
roh kedua Orangtua pertama!
Dalam
Kitab Yesus bin Sirakh dikatakan: "Segala kebijaksanaan dari Tuhan
asalnya, dan ada pada-Nya selama-lamanya." Betapa kebijaksanaan,
karenanya, yang akan dimiliki manusia, andai mereka tetap menjadi
anak-anak Allah.
Kekosongan
dalam inteligensi kalian merupakan buah alami dari kejatuhan kalian
dari Rahmat dan kejujuran. Dengan kehilangan Rahmat kalian mengenyahkan
Kebijaksanaan selama berabad-abad. Bagai sebuah meteor yang tersembunyi
di balik awan-gemawan tebal, Kebijaksanaan tak lagi mencapai kalian
dengan kilatan-kilatan cemerlangnya, melainkan melalui kabut yang oleh
sebab dustamu menjadi semakin dan semakin tebal.
Kemudian
Kristus datang dan Ia memulihkan Rahmat, karunia tertinggi dari kasih
Allah. Tetapi tahukah kalian bagaimana memelihara permata ini jernih dan
murni? Tidak, kalian tidak tahu. Apabila kalian tidak menghancurkannya
dengan keinginan pribadi kalian dalam berdosa, kalian mengotorinya
dengan kesalahan kecil-kecil kalian yang terus-menerus,
kelemahan-kelemahan kalian, kelekatan kalian pada kejahatan. Upaya-upaya
demikian, meski bukan suatu perkawinan sesungguhnya dengan tujuh dosa
pokok, melemahkan terang Rahmat dan aktivitasnya. Dan kemudian, guna
melemahkan terang cemerlang inteligensi yang telah Allah berikan kepada
Orangtua Pertama, kalian menjalani kehidupan yang rusak selama
berabad-abad, yang memberikan pengaruh berbahaya pada tubuh dan pada
pikiran.
Akan tetapi Maria bukan saja Murni, Hawa baru yang diciptakan demi sukacita Allah: Ia adalah Hawa super, Mahakarya dari Yang Mahatinggi, Ia Penuh rahmat, Bunda dari Sabda dalam benak Allah.
Yesus
bin Sirakh mengatakan: "Sumber Kebijaksanaan adalah Sabda". Oleh karena
itu tidak akankah Putra menempatkan kebijaksanaan-Nya ke atas bibir
BundaNya?"
Jika
mulut seorang Nabi dimurnikan dengan bara api, sebab ia harus mengulang
kepada manusia perkataan yang dipercayakan oleh Sabda, Kebijaksanaan,
kepadanya, tidak akankah Kasih membersihkan dan memuliakan perkataan
dari Mempelai bayiNya Yang akan mengandung Sabda, sehingga Ia tidak lagi
berbicara sebagai seorang gadis kecil dan lalu sebagai seorang
perempuan, melainkan hanya dan selalu sebagai suatu makhluk surgawi yang
melebur dalam terang agung dan kebijaksanaan Allah?
Mukjizatnya
bukan pada inteligensi super yang diperlihatkan oleh Maria pada masa
kanak-kanak-Nya, seperti yang sesudahnya diperlihatkan oleh-Ku.
Mukjizatnya adalah dalam mengandung Inteligensi Tak Terhingga, yang
tinggal di sana, dalam batas-batas yang pantas, sehingga orang banyak tidak dikejutkan dan perhatian setan tidak dibangkitkan.
Aku akan berbicara lagi mengenai subyek ini yang merupakan bagian dari "ingatan" yang dimiliki para kudus akan Allah."
7. MARIA DIPERSEMBAHKAN DI BAIT ALLAH
30 Agustus 1944
Aku melihat Maria di antara bapa dan bundaNya berjalan di jalan-jalan Yerusalem.
Mereka
yang lewat berhenti untuk melihat Gadis cantik yang sepenuhnya berbalut
busana putih dan mengenakan sebuah mantol yang sangat tipis. Mantol
itu, karena desainnya ranting-ranting dan bunga-bunga, yang berwarna
sedikit lebih tua dari latar belakangnya yang lembut, nampak sama
seperti yang dikenakan Anna pada hari Pentahirannya. Satu-satunya
perbedaan adalah mantol Anna panjangnya hingga ke pinggang, tetapi
mantol Maria, Yang masih seorang gadis kecil, panjangnya hingga ke mata
kaki-Nya dan membalut-Nya seolah dalam suatu awan kecil yang terang dan
cemerlang yang luar biasa indah.
Rambutnya
yang berwarna terang, tergerai pada bahu-Nya, atau tepatnya, pada
leher-Nya yang lembut, kemilau menembusi kerudung yang tanpa pola,
melainkan hanya berlatarbelakang sangat muda. Kerudung itu diikatkan
pada dahi-Nya dengan sebuah pita yang sangat pucat, di mana disulamkan
bunga-bunga lily kecil dengan benang-benang perak, yang pasti merupakan
karya bundaNya.
Seperti
telah aku katakan, pakaian yang putih salju terjuntai hingga ke tanah,
dan kaki-kaki mungil-Nya saja yang dapat terlihat, sementara Ia
berjalan, dengan sandal putih-Nya. Kedua tangan-Nya bagai dua helaian
bunga magnolia, yang tersembul dari lengan-lengan baju-Nya yang panjang.
Selain dari pita biru, tak ada warna lain. Semuanya putih. Maria tampak
seperti berbusanakan salju.
Yoakim
mengenakan pakaian yang sama seperti yang ia kenakan pada hari
Pentahiran. Anna, sebaliknya, mengenakan sebuah gaun warna lembayung
sangat tua. Pula mantol, yang juga menudungi kepalanya, berwarna
lembayung tua. Ia memeganginya rendah hingga di bawah mata. Dua mata
malang seorang ibunda, merah karena air mata, yang tak hendak menangis
dan di atas segalanya tak hendak kelihatan menangis, namun tiada dapat
selain dari mencurahkan air mata di bawah perlindungan mantolnya, suatu
perlindungan terhadap orang-orang yang lewat dan juga terhadap Yoakim,
yang matanya, biasanya jernih, hari ini merah dan sembab, karena air
mata yang telah dicucurkannya dan sekarang masih dicucurkannya. Ia
berjalan bungkuk, kepalanya diselubungi sebuah kerudung yang dikenakan
bergaya serban, dengan lipatan-lipatan yang menggantung di sekeliling
wajahnya.
Seorang
Yoakim yang sangat lanjut usia. Barangsiapa melihatnya, pastilah
berpikir bahwa ia adalah kakek atau kakek buyut dari gadis kecil yang
digandengnya. Duka kehilangan Dia menyebabkan bapa yang malang itu
menyeret kakinya dan ia begitu letih hingga tampak duapuluh tahun lebih
tua. Ia begitu sedih dan lelah hingga tampak seperti seorang tua yang
sakit. Mulutnya sedikit gemetaran di antara dua keriput yang di
sisi-sisi hidungnya tampak begitu cekung sekarang.
Mereka
berdua berupaya menyembunyikan air mata mereka. Akan tetapi jika mereka
berhasil dengan banyak orang, tidak demikian halnya dengan Maria, Yang,
karena tinggi badan-Nya, melihat mereka dari bawah, dan mendongakkan
kepala-Nya untuk memandang bapa dan bundaNya secara bergantian. Mereka
berusaha tersenyum kepada-Nya dengan mulut mereka yang gemetar dan
mereka menggenggam tangan-Nya yang mungil dengan lebih erat setiap kali
putri mereka memandang mereka dan tersenyum. Mereka pastilah berpikir:
"Di sana. Seulas senyum yang dapat dilihat berkurang satu."
Mereka
bergerak perlahan. Amat perlahan. Tampaknya mereka berharap
memperlambat perjalanan mereka selama mungkin. Segala sesuatu dapat
menjadi dalih untuk berhenti... Tetapi suatu perjalanan pastilah sampai
pada akhirnya! Dan perjalanan ini hampir berakhir. Di atas sana, di
puncak bentangan jalan terakhir ini, terdapat tembok-tembok Bait Allah.
Anna melontarkan suatu erangan dan menggenggam tangan Maria dengan
terlebih erat.
"Anna,
sayangku, aku di sini bersamamu!" terlontar sebuah suara, berasal dari
naungan sebuah bangunan melengkung yang rendah yang dibangun di suatu
persimpangan jalan. Elisabet, yang tengah menantikan mereka,
menghampirinya dan memeluknya. Dan sebab Anna menangis ia berkata:
"Marilah singgah sebentar dalam rumah yang ramah ini. Lalu kita akan
pergi bersama. Juga Zakharia ada di sini."
Mereka
semua memasuki sebuah ruangan yang rendah dan gelap di mana
satu-satunya penerangan adalah sebuah api unggun. Nyonya rumah, pastinya
seorang teman Elisabet, namun tak dikenal Anna, dengan sopan undur diri
dan meninggalkan mereka sendirian.
"Janganlah
engkau berpikir bahwa aku menyesali atau aku menyerahkan hartaku kepada
Tuhan dengan tidak sukarela," jelas Anna sambil menangis, "tetapi
hatiku ... oh! betapa hatiku pilu, hatiku yang sudah tua yang akan
kembali ke kesepian tanpa anak! Andai saja kau dapat merasakannya...."
"Aku
tahu, Anna sayangku... Tetapi engkau baik dan Allah akan menghiburmu
dalam kesepianmu. Maria akan berdoa demi kedamaian bundaNya. Bukankah
begitu, Maria?"
Maria
membelai kedua tangan bundaNya dan menciumnya. Ia menekankannya pada
wajah-Nya untuk membelai dan Anna memegang erat wajah mungil-Nya dalam
kedua tangannya dan menciuminya berulang kali. Ia tiada kenal lelah
menciumi-Nya.
Zakharia masuk dan menyapa mereka: "Semoga damai Tuhan bersama orang-orang benar."
"Ya,"
jawab Yoakim, "mohonkanlah damai bagi kami, sebab hati kami gemetar
dalam kurban kami, seperti yang dialami Abraham, ketika dia sedang
mendaki gunung, tetapi kami tiada akan menemukan kurban yang lain untuk
menggantikan yang ini. Pun kami tak menghendakinya, sebab kami setia
kepada Tuhan. Tetapi kami menderita, Zakharia. Karena engkau adalah
seorang imam Allah, mohon mengerti kami dan janganlah merasa khawatir."
"Tidak
pernah. Sebaliknya, dukacitamu yang tidak melampaui batas-batas
kewajaran dan yang tidak menggoyahkan imanmu, mengajariku bagaimana
mengasihi Yang Mahatinggi. Tetapi berbesarhatilah. Hana, nabi perempuan
itu, akan merawat bunga keturunan Daud dan Harun ini. Saat ini Ia adalah
satu-satunya bunga lily dari keturunan suci Daud di Bait Allah dan Ia
akan dirawat bagai sebuah mutiara kerajaan. Meski kita mendekati waktu
bilamana Mesias akan datang, dan para perempuan yang termasuk keturunan
Daud seharusnya antusias dalam mengkonsekrasikan puteri-puteri mereka ke
Bait Allah, karena Mesias akan dilahirkan dari seorang perawan dari
keturunan Daud, tetapi, karena melemahnya iman secara umum,
tempat-tempat para perawan di Bait Allah menjadi kosong. Terlalu sedikit
dan tak satu pun dari keturunan kerajaan, sejak Sara anak Elisa
meninggalkan Bait Allah tiga tahun yang lalu untuk menikah. Memang betul
bahwa masih ada tigapuluh tahun dari waktu yang ditetapkan itu,
tetapi... Baik, marilah kita berharap bahwa Maria akan menjadi yang
pertama dari banyak perawan dari keturunan Daud di hadapan Tabir Suci.
Dan lalu... siapa tahu...." Zakharia tidak mengatakan apa-apa lagi.
Tetapi ia menatap Maria penuh pertimbangan. Lalu ia melanjutkan: "Juga
aku akan mengawasi-Nya. Aku seorang imam dan aku punya kuasa di sini.
Aku akan memanfaatkannya demi malaikat ini. Dan Elisabet juga akan
sering datang menengok-Nya."
"Oh!
Pasti! Aku begitu membutuhkan Allah hingga aku akan datang dan
mengatakan kepada Gadis kecil ini, agar Ia mengatakannya kepada Yang
Kekal."
Anna
sudah berbesar hati kembali. Guna terlebih lagi mengenyahkan
kekhawatirannya Elisabet bertanya kepadanya: "Bukankah ini kerudung
perkawinanmu? Ataukah kau telah menenun byssus yang baru?"
"Ya.
Aku mengkonsekrasikannya kepada Tuhan bersama-Nya. Mataku tak lagi
begitu baik... dan juga kekayaan kami telah menyusut karena pajak dan
kemalangan-kemalangan... Aku tak mampu menanggung biaya besar. Aku hanya
mengurus pakaian-Nya saat Ia akan berada di Rumah Tuhan dan
sesudahnya... Karena aku pikir bahwa aku tidak akan ada di sana untuk
mendandani-Nya saat perkawinan-Nya... tetapi aku ingin adalah
tangan-tangan mamaNya sendiri, bahkan meski dingin dan kaku, yang
mempersiapkan-Nya untuk perkawinan dan menenun linen dan gaun-gaun-Nya."
"Oh! Mengapakah berpikir seperti itu!?"
"Aku
sudah tua, sepupuku sayang. Aku tidak pernah merasakan sebegitu sakit
seperti sekarang ini. Aku telah memberikan ons terakhir dari kekuatan
hidupku kepada bunga ini, untuk mengandung-Nya dan merawat-Nya, dan
sekarang rasa sakit akan kehilangan Dia telah menguras habis kekuatan
terakhirku dan melenyapkannya."
"Janganlah berkata begitu, demi Yoakim."
"Ya, kau sungguh benar. Aku akan berusaha dan hidup demi suamiku."
Yoakim
berpura-pura tidak mendengar, seolah serius mendengarkan Zakharia,
namun ia mendengarnya dan ia menghela napas panjang, kedua matanya
berkilau karena air mata.
"Antara jam tiga dan jam enam. Aku pikir kita harus berangkat," kata Zakharia.
Mereka semua bangkit untuk mengenakan mantol mereka dan siap berangkat.
Tetapi
sebelum pergi Maria berlutut di ambang pintu dengan kedua tangan-Nya
terentang: seorang kerub kecil yang memohon. "Bapa! Bunda! Mohon berilah
berkatmu."
Ia
tidak menangis, seorang gadis kecil pemberani. Namun bibir-Nya gemetar
dan suara-Nya, yang tersekat oleh tangis, lebih dari sebelumnya mirip
dekut gemetar seekor merpati kecil. Wajah-Nya pucat, dan mata-Nya nampak
menanggung duka pasrah yang akan aku lihat lagi di Kalvari dan di
Makam, yang jauh terlebih dahsyat hingga mustahil memandang-Nya tanpa
merasakan duka mendalam.
Orangtua-Nya
memberkati-Nya dan mencium-Nya: sekali, dua kali, sepuluh kali, mereka
tiada pernah puas... Elisabet menangis diam-diam dan Zakharia, meski
berusaha menyembunyikan air matanya, sangat tersentuh hatinya.
Mereka pergi. Maria di antara bapa dan bundaNya seperti sebelumnya. Zakharia dan Elisabet berjalan di depan mereka.
Sekarang mereka berada dalam tembok-tembok Bait Allah. "Aku akan pergi ke Imam Besar. Kalian pergi ke Teras Besar."
Mereka
menyeberangi tiga halaman dan melintasi tiga aula, yang disusun satu di
atas yang lain. Mereka sekarang berada di kaki kubus marmer raksasa
yang dimahkotai dengan emas. Setiap kubah, cembung bagai separuh jeruk
raksasa, tampak menyala dalam terik matahari, yang sekarang, tengah
hari, memancarkan sinarnya langsung ke atas halaman luas yang
mengelilingi bangunan suci itu dan memenuhi halaman luas itu dan
anak-anak tangga lebar yang menghantar ke Bait Allah dengan cahaya
kemilaunya. Hanya serambi yang menghadap ke anak-anak tangga, sepanjang
bagian depan bangunan, ada dalam keteduhan dan pintu perunggu yang
sangat tinggi dan keemasan itu bahkan tampak terlebih gelap dan terlebih
agung dalam paparan begitu banyak cahaya.
Maria
nampak lebih putih dari salju dalam siraman cahaya. Sekarang Ia berada
di kaki anak-anak tangga, diapit bapaNya dan bundaNya. Betapa dahsyat
pastinya hati mereka berdegup! Elisabet ada di samping Anna, tetapi
sedikit di belakangnya, sekitar setengah langkah.
Terdengar
bunyi terompet-terompet perak dan pintu berputar pada porosnya, yang
tampak mengeluarkan suara deritan, sementara berputar pada bola-bola
perunggu. Bagian dalam ruangan tampak dengan lampu-lampunya di kejauhan
dan suatu prosesi bergerak menuju pintu, suatu prosesi agung dengan
terompet-terompet perak, asap-asap dupa dan lampu-lampu.
Sekarang
prosesi berada di ambang pintu. Di depan adalah Imam Besar… seorang
laki-laki tua berwibawa, berbalut kain linen yang sangat indah, dan di
atas pakaian linennya mengenakan sebuah jubah linen pendek dan di
atasnya semacam kasula, sesuatu yang berwarna-warni antara kasula dan
pakaian diakon: ungu dan emas, lembayung dan putih berselang-seling dan
berkilau seperti permata-permata di bawah matahari: dua permata asli
berkilau lebih cemerlang di atas bahunya. Mungkin itu adalah
gesper-gesper yang berharga. Pada dadanya terdapat sebuah lempengan
logam besar yang kemilau dengan permata-permata dan diikat dengan sebuah
rantai emas. Jumbai-jumbai dan hiasan-hiasan bercahaya pada pinggiran
jubah pendeknya dan emas kemilau di atas dahinya pada mitranya, yang
mengingatkanku akan mitra yang dikenakan oleh para imam Orthodox, sebuah
mitra berbentuk seperti kubah dan bukan runcing seperti mitra Katolik
Roma.
Tokoh
agung itu melangkah maju, sendirian, sejauh permulaan anak-anak tangga,
di bawah cahaya mentari keemasan yang membuatnya tampak bahkan terlebih
megah. Mereka yang lain berdiri menunggu di bawah serambi yang teduh,
dalam sebuah lingkaran di luar pintu. Di sebelah kiri terdapat
sekelompok gadis, semuanya berpakaian putih, bersama nabi perempuan Hana
dan para perempuan senior lainnya, yang pastilah guru.
Imam
Besar menatap si Gadis kecil dan tersenyum. Maria tentunya tampak
sangat kecil di kaki anak-anak tangga yang seperti di sebuah kuil Mesir!
Imam mengangkat kedua tangannya ke langit dalam doa. Mereka semua
menundukkan kepala mereka dalam kerendahan hati sempurna di hadapan
kemuliaan imam yang sedang berbicara dengan Kemuliaan Kekal.
Kemudian,
imam memberi isyarat kepada Maria. Dan Ia meninggalkan bunda dan
bapaNya, dan seolah terpesona, mendaki anak-anak tangga. Dan Ia
tersenyum. Ia tersenyum dalam naungan Bait Allah, di mana Tabir berharga
tergantung... Ia sekarang di puncak anak tangga, di kaki Imam Besar,
yang menumpangkan tangannya ke atas kepala-Nya. Kurban telah diterima.
Adakah kurban yang terlebih murni pernah diterima oleh Bait Allah?
Kemudian
imam berbalik dan menempatkan tangannya pada bahu-Nya seolah ia
menghantar Anak Domba kecil yang tak bercela ke altar, ia membawa-Nya ke
pintu Bait Allah. Sebelum memperkenankan-Nya masuk, ia bertanya
kepada-Nya: "Maria anak Daud, tahukah Kau akan nazar-Mu?" Ketika Ia
menjawab "Ya" dengan suara-Nya yang merdu, ia berseru: "Jika demikian,
masuklah. Berjalanlah di hadapanku dan jadilah sempurna."
Maria
masuk dan ditelan kegelapan. Kelompok para perawan dan para guru, lalu
kaum Lewi menyembunyikan dan mengisolasi-Nya lebih dan lebih dalam lagi
... Ia tak lagi dapat terlihat…
Juga
pintu pun sekarang menutup pada porosnya yang berbunyi merdu. Melalui
celah yang semakin dan semakin sempit, prosesi dapat terlihat bergerak
menuju Tempat Mahakudus. Sekarang tinggal seberkas. Sekarang tidak ada
lagi: pintu tertutup.
Paduan
suara terakhir dari poros yang harmonis disambut dengan isak tangis
dari dua orangtua lanjut usia dan seruan bersahutan: "Maria! Nak!" dan
lalu dua erangan, yang satu berseru kepada yang lain: "Anna!" "Yoakim!"
dan mereka mengakhirinya dengan bisikan: "Marilah kita memuliakan Tuhan
Yang menerima-Nya [= Maria] dalam Rumah-Nya dan membimbing-Nya di
jalan-Nya."
Semuanya berakhir demikian.
Yesus bersabda:
"Imam
Besar mengatakan: "Berjalanlah di hadapanku dan jadilah sempurna." Imam
Besar tidak tahu bahwa ia sedang berbicara kepada Perempuan Yang
kesempurnaannya hanya diungguli oleh Allah. Tetapi ia berbicara dalam
nama Allah, dan karenanya perintahnya adalah suci. Adalah selalu suci,
teristimewa yang berhubungan dengan Perawan Penuh Kebijaksanaan.
Maria
patut bahwa "Kebijaksanaan mendahului-Nya dan memperlihatkan DiriNya
terlebih dahulu kepada-Nya," sebab "sejak dari awal hari-Nya [= Maria]
Ia telah melihat pada pintu-Nya [= Kebijaksanaan], dan berharap diajar, demi kasih, Ia ingin menjadi murni demi mencapai kasih sempurna dan patut memiliki Kebijaksanaan sebagai guru-Nya."
Dalam
kerendahan hati-Nya Ia tidak tahu bahwa Ia memiliki Kebijaksanaan
sebelum dilahirkan dan bahwa persekutuan dengan Kebijaksanaan tiada lain
selain dari kelanjutan denyut-denyut ilahi dari Firdaus. Ia tiada dapat
membayangkan itu. Dan ketika Allah membisikkan kata-kata luhur
kepada-Nya dalam kedalaman hati-Nya, dalam kerendahan hati-Nya Ia
menganggapnya sebagai pikiran-pikiran kesombongan dan mengangkat
hati-Nya yang tak berdosa kepada Allah, Ia memohon kepada-Nya: "Tuhan,
kasihanilah HambaMu!"
Oh!
Benar bahwa Perawan yang Sungguh Bijaksana, Perawan Abadi, hanya
memiliki satu pikiran sejak dari fajar hari-Nya: mengangkat hati-Nya
kepada Allah sejak pagi kehidupan dan menatap Tuhan, berdoa di hadapan
Yang Mahatinggi, memohon pengampunan atas segala kelemahan hati-Nya,
sebagaimana diyakinkan kerendahan hati-Nya kepada-Nya, dan Ia tiada tahu
bahwa Ia tengah mengantisipasi permohonan demi pengampunan para
pendosa, yang kelak akan dilakukan-Nya di kaki Salib, bersama dengan
PutraNya yang di ambang ajal.
"Bilamana
Tuhan yang agung memutuskan, Ia [= Maria] akan dipenuhi dengan Roh
inteligensi," dan pada waktu itu akan memahami misi agung-Nya. Sementara
waktu Ia masih seorang kanak-kanak, yang dalam kedamaian suci Bait
Allah, membangun dan membangun kembali ikatan-ikatan, cinta kasih dan
kenangan-kenangan yang semakin akrab mesra dengan Allah-Nya.
Ini untuk semua orang.
Tetapi
untukmu, Maria kecil-Ku, tidakkah Guru-mu memiliki suatu yang spesial
untuk dikatakan kepadamu? "Berjalanlah di hadapan-Ku, dan karenanya
jadilah sempurna." Aku sedikit mengubah frasa suci itu dan Aku
memberikannya kepadamu sebagai suatu perintah. Jadilah sempurna dalam
kasih, sempurna dalam kemurahan hati, sempurna dalam penderitaan.
Pandanglah sekali lagi sang Bunda. Dan renungkan betapa begitu banyak mereka yang mengabaikan atau ingin mengabaikan,
sebab penderitaan terlalu mengesalkan bagi selera mereka dan roh
mereka. Penderitaan. Maria menderita sejak dari saat pertama hidup-Nya.
Untuk menjadi sempurna seperti-Nya, berarti memiliki suatu kepekaan
sempurna.
Sebagai
konsekuensinya penderitaan harus terlebih sakit. Dan dengan demikian
mendatangkan lebih banyak ganjaran. Ia yang memiliki kemurnian memiliki
kasih, yang memiliki kasih memiliki kebijaksanaan, yang memiliki
kebijaksanaan memiliki kemurahan hati dan kegagahan, karena ia tahu
mengapa ia melakukan suatu pengurbanan.
Angkatlah rohmu, bahkan meski salib membongkokkanmu, mematahkanmu dan membinasakanmu. Allah bersamamu."
8. WAFAT YOAKIM DAN ANNA
31 Agustus 1944
Yesus bersabda:
"Laksana
suatu senjakala musim dingin yang cepat ketika angin sedingin es
mengumpulkan awan-awan di langit, hidup kakek-nenekKu merosot cepat,
sesudah Matahari hidup mereka ditempatkan untuk bersinar di hadapan
Tabir Suci Bait Allah.
Akan tetapi ada dikatakan:
"Kebijaksanaan membesarkan anak-anaknya sendiri,
dan orang yang mencarinya dihiraukannya.
Siapa yang mencintai kebijaksanaan mencintai kehidupan,
dan barangsiapa pagi-pagi menghadapinya akan penuh sukacita.
Barangsiapa melayani kebijaksanaan bergilir bakti kepada Yang Kudus,
dan siapa mencintainya dicintai oleh Tuhan.
Jika orang percaya pada kebijaksanaan, niscaya ia mewarisinya,
dan keturunannya akan tetap memilikinya
sebab kebijaksanaan menyertainya dalam pencobaan-pencobaannya.
Pertama-tama ia dipilih oleh kebijaksanaan,
kemudian kebijaksanaan mendatangkan ketakutan dan kegentaran padanya,
menyiksanya dengan aturan-aturan,
hingga telah mengujinya dalam pikiran-pikirannya
dan mendapati ia dapat dipercaya.
Pad akhirnya kebijaksanaan akan membuat ia teguh,
akan menuntunnya kembali ke jalan yang lurus
dan membuatnya berbahagia.
Kebijaksanaan akan menyingkapkan rahasia-rahasia kepadanya,
akan menempatkan dalam dirinya harta ilmu pengetahuan,
dan pengetahuan akan keadilan."
Ya,
semua ini telah dikatakan. Kitab-kitab kebijaksanaan dapat diterapkan
pada semua orang, yang akan menemukan bimbingan dalamnya dan suatu
terang bagi perilaku mereka. Tetapi, berbahagialah mereka yang dapat
dikenali di antara para pencinta rohani Kebijaksanaan.
Aku
mengelilingi DiriKu dengan orang-orang bijaksana, dalam kekerabatan
manusiawi-Ku. Anna, Yoakim, Yosef, Zakharia, dan terlebih lagi Elisabet,
dan lalu Pembaptis, bukankah mereka orang-orang bijaksana yang sejati?
Belum lagi BundaKu, kediaman Kebijaksanaan.
Kebijaksanaan
telah mengilhami kakek nenekKu bagaimana hidup di jalan yang menyukakan
Allah, sejak masa muda mereka hingga wafat mereka, dan bagai sebuah
kemah melindungi dari murka cuaca, Kebijaksanaan telah melindungi mereka
dari bahaya dosa. Takut yang suci akan Allah adalah akar pohon
kebijaksanaan, yang menjulurkan cabang-cabangnya hingga jauh dan luas
demi mencapai dengan puncaknya kasih yang tenang dalam kedamaiannya,
kasih yang damai dalam keamanannya, kasih yang aman dalam kesetiaannya,
kasih yang setia dalam intensitasnya: kasih para kudus yang total, murah
hati dan efektif.
"Siapa
yang mencintai kebijaksanaan mencintai kehidupan dan akan mewarisi
Hidup," kata Sirakh. Kalimat ini bertalian dengan perkataan-Ku:
"Barangsiapa kehilangan hidupnya karena Aku, ia akan menyelamatkannya."
Sebab kami tidak berbicara tentang kehidupan malang dunia ini, melainkan
tentang kehidupan kekal, bukan sukacita sesaat, melainkan sukacita
abadi.
Yoakim dan Anna mencintai Kebijaksanaan demikian. Dan Kebijaksanaan menyertai mereka dalam pencobaan-pencobaan mereka.
Betapa
banyak pencobaan-pencobaan yang mereka alami, sedangkan kalian,
manusia, tak mau harus menderita dan menangis, hanya karena kalian pikir
kalian tidak sepenuhnya jahat! Betapa banyak pencobaan-pencobaan yang
diderita dua orang benar ini, dan mereka layak memiliki Maria sebagai
putri mereka! Aniaya politis telah menghalau mereka dari tanah Daud, dan
menjadikan mereka sangat melarat. Mereka merasakan kepedihan dalam
melihat tahun-tahun mereka menjadi layu tanpa sekuntum bunga yang akan
mengatakan kepada mereka: "Aku akan menjadi penerusmu." Dan sesudahnya,
kecemasan memiliki seorang putri pada masa tua mereka sementara mereka
yakin mereka tiada akan pernah melihat-Nya tumbuh menjadi seorang
perempuan dewasa. Dan lalu kewajiban untuk merenggut-Nya dari hati
mereka dan mempersembahkan-Nya ke altar Allah. Dan lagi: hidup mereka
menjadi bahkan suatu kesepian yang terlebih menyakitkan, sebab mereka
sudah terbiasa dengan cicit merpati kecil mereka, dengan berisik
langkah-langkah kecil-Nya, dengan senyuman dan ciuman makhluk mereka,
harus menantikan saat dari Allah, satu-satunya teman mereka adalah
kenangan-kenangan masa lalu. Dan terlebih lagi… Penyakit-penyakit,
bencana-bencana akibat cuaca buruk, kecongkakan para penguasa bumi…
begitu banyak gempuran alat-alat pelantak pada benteng rapuh harta milik
mereka yang sederhana. Dan itu belumlah cukup: duka atas makhluk mereka
yang nun jauh di sana, yang akan ditinggalkan sendirian dan miskin, dan
kendati perhatian dan pengurbanan mereka, hanya akan mendapatkan
sisa-sisa harta bapaNya. Dan bagaimanakah Ia akan dapat menemukan
sisa-sisa harta itu, sebab ladang-ladang akan ditinggalkan tanpa diolah
dan ditanami selama bertahun-tahun, menantikan kepulangan-Nya?
Ketakutan-ketakutan, pencobaan-pencobaan, godaan-godaan. Dan meski
demikian, kesetiaan kepada Allah adalah untuk selamanya!
Godaan terberat mereka: tidak menyangkal hidup mereka yang semakin merosot tanpa penghiburan dari kehadiran putri mereka. Akan tetapi anak-anak pertama-tama adalah milik Allah dan lalu milik orangtua mereka.
Setiap anak laki-laki dapat mengatakan apa yang Aku katakan kepada
BundaKu: "Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus sibuk dengan urusan-urusan
BapaKu?" Dan setiap ayah, setiap ibu harus belajar sikap yang harus
dipelihara dengan memandang pada Maria dan Yosef di Bait Allah, pada
Anna dan Yoakim di rumah Nazaret, sebuah rumah yang menjadi semakin dan
semakin menyedihkan dan memilukan, namun di mana satu hal tiada pernah
pudar, melainkan terus bertambah: kekudusan dua hati, kesucian sebuah
perkawinan.
Terang
apakah yang ditinggalkan bagi Yoakim, seorang cacat, dan bagi isterinya
yang berduka, pada malam-malam yang panjang dan sunyi dari dua orang
lanjut usia yang merasa akan mati? Hanya pakaian-pakaian kecil, sepasang
sandal kecil pertama, mainan-mainan sederhana milik putri kecil mereka,
yang sekarang nun jauh, dan kenangan-kenangan mengenai-Nya,
kenangan-kenangan … Dan damai ketika mereka mengatakan: "Kita menderita,
tetapi kita telah menunaikan tugas kasih kita kepada Allah."
Dan
kemudian mereka dikuasai oleh suatu sukacita adikodrati yang bersinar
dengan suatu terang surgawi, suatu sukacita yang tak dikenal anak-anak
dunia, suatu sukacita yang tidak memudar ketika bulumata yang berat
menutup pada kedua mata yang mendekati ajal: sebaliknya, sukacita itu
bersinar semakin cemerlang di saat terakhir, menerangi kebenaran yang
tersembunyi dalam diri mereka sepanjang hidup mereka. Bagai seekor
kupu-kupu dalam kepompongnya, kebenaran dalam diri mereka memberikan
petunjuk samar akan keberadaannya, hanya kilatan-kilatan lembut, yang
sekarang mengembangkan sayap-sayapnya kepada matahari dan
mempertontonkan keindahan kecantikannya. Dan hidup mereka berakhir dalam
kepastian akan suatu masa depan yang membahagiakan bagi diri mereka
sendiri dan keturunan mereka, bibir mereka yang gemetar menggumamkan
kata-kata pujian kepada Allah.
Demikianlah
wafat kakek-nenekKu. Demikianlah yang layak bagi hidup mereka yang
kudus. Karena kekudusan mereka, mereka layak menjadi para pelindung
pertama Perawan yang Dikasihi Allah, dan hanya ketika Matahari yang
terlebih besar memperlihatkan dirinya di akhir hari-hari mereka, mereka
menyadari rahmat yang telah Allah anugerahkan kepada mereka.
Karena
kekudusan mereka, Anna tidak menderita sakit bersalin ketika melahirkan
anaknya: itu adalah ekstase dari dia yang mengandung Yang Tanpa Salah.
Tak seorang pun dari mereka menderita sakrat maut, melainkan hanya
kelemahan yang memudar, bagai sebuah bintang yang secara lembut
menghilang ketika matahari terbit saat fajar. Dan jika mereka tiada
mengalami penghiburan kehadiran-Ku, sebagai Inkarnasi Kebijaksanaan,
seperti yang dialami Yosef, Aku hadir secara tak kasat mata, membisikkan
kata-kata luhur, membungkuk di atas bantal mereka, untuk menghantar
mereka tidur, menantikan kemenangan mereka.
Orang
mungkin bertanya: "Mengapakah mereka tidak mengalami penderitaan ketika
melahirkan dan meninggal dunia, padahal mereka anak-anak Adam?"
Jawab-Ku adalah: "Jika Pembaptis, yang adalah putera Adam, dan telah
dikandung dengan dosa asal, telah disucikan terlebih dahulu oleh-Ku
dalam rahim bundanya, hanya sebab Aku mendatanginya [= Elisabet],
tiadakah rahmat yang dianugerahkan kepada bunda dari Yang Kudus dan Yang
Tanpa Salah, Yang telah dilindungi oleh Allah dan yang mengandung Allah
dalam roh-Nya yang nyaris ilahi, dalam hati-Nya yang Termurni, dan
tiada pernah terpisah dari Allah, sejak Ia diciptakan oleh Bapa dan
dikandung dalam sebuah rahim, dan kemudian diterima dalam Surga demi
memiliki Allah dalam kemuliaan untuk selama-lamanya?" Aku juga menjawab:
"Suatu hati nurani yang tulus mendatangkan kematian yang damai dan
doa-doa para kudus akan memperolehkan kematian yang demikian bagimu."
Yoakim
dan Anna memiliki hati nurani yang tulus sepanjang hidup mereka dan
kehidupan yang demikian bangkit bagai suatu pemandangan indah dan
menghantar mereka ke Surga, sementara Putri Suci mereka berdoa di
hadapan Tabernakel Allah bagi orangtua-Nya yang nun jauh, yang telah Ia
tunda kepada Allah, Summum Bonum [= kebaikan tertinggi], dan meski
demikian Ia mengasihi mereka, sebagaimana diperintahkan hukum dan
perasaaan-Nya, dengan suatu kasih adikodrati yang sempurna."
9. KIDUNG MARIA MEMOHON KEDATANGAN KRISTUS
2 September 1944
Baru
kemarin malam, hari Jumat, aku mulai melihat. Aku tidak melihat apa-apa
terkecuali Maria yang masih sangat muda, kira-kira paling tua duabelas
tahun usia-Nya, wajah-Nya tidak lagi bulat, seperti khas anak-anak,
tetapi telah memperlihatkan garis-garis bentuk mendatang dari seorang
perempuan berwajah oval sempurna. Juga rambut-Nya tak lagi tergerai
lepas pada leher-Nya dalam keriting-keriting yang lembut, melainkan
dijalin dan dua kepang tebal terjuntai dari pundak-Nya hingga ke
pinggang-Nya. Rambut-Nya berwarna emas sangat pucat, begitu terang
hingga tampak seperti bercampur perak. Wajah-Nya lebih meditatif dan
matang, meski adalah wajah seorang gadis muda, seorang gadis yang cantik
dan murni, sepenuhnya terbalut dalam gaun putih. Ia sedang menjahit di
sebuah kamar yang sangat sempit, yang juga sepenuhnya putih, dan melalui
jendela yang terbuka lebar orang bisa melihat bagian tengah Bait Allah
yang mengesankan, anak-anak tangga pada halaman-halaman dan
serambi-serambi. Di atas tembok yang mengelilingi Bait Allah juga dapat
terlihat kota dengan jalan-jalan, rumah-rumah dan kebun-kebunnya, dan
dan pada latar belakangnya puncak punggung Bukit Zaitun nan hijau.
Maria
sedang menjahit dan menyanyi dengan suara pelan. Aku tidak tahu apakah
itu sebuah nyanyian suci atau bukan. Nyanyiannya berbunyi:
"Bagai sebuah bintang di air jernih
suatu terang bersinar dalam hati-Ku.
Ia ada bersama-Ku sejak masa kecil-Ku
dan ia membimbing-Ku lembut penuh kasih.
Dalam kedalaman hati-Ku ada sebuah nyanyian.
Dari manakah asalnya?
Manusia, kalian tidak tahu.
Asalnya dari tempat di mana Yang Kudus bersemayam.
Aku memandang bintang-Ku yang terang
dan Aku tiada menginginkan yang lain,
bahkan tidak yang termanis dan tersayang,
terkecuali terang manis ini yang sepenuhnya milik-Ku.
Engkau membawa-Ku turun dari Langit di atas,
oh bintang-Ku, ke dalam rahim seorang bunda,
sekarang Kau tinggal dalam Aku, namun di balik tabir
Aku melihat wajah mulia-Mu, Bapa.
Bilamanakah Kau akan menganugerahi hamba-Mu kehormatan
untuk menjadi pelayan hina sang Juruselamat?
utuslah kepada kami Mesias dari Surga,
terimalah, Bapa Yang Kudus, persembahan Maria."
Maria
sekarang diam. Ia tersenyum dan menghela napas, lalu Ia berlutut dalam
doa. Wajah mungil-Nya bercahaya terang. Ia menatap ke atas, ke langit
musim panas yang biru cerah dan wajah-Nya tampak terpesona dan lalu
memancarkan segala kecemerlangannya ke udara. Atau tepatnya, tampak
seolah dari dalam DiriNya suatu matahari yang tersembunyi memancarkan
sinar-sinarnya dan menyalakan wajah-Nya, meronakan daging-Nya yang putih
salju dengan warna merah muda. Dan terang dari wajah-Nya memancar ke
dunia dan matahari yang menyinari dunia: suatu berkat dan suatu janji
akan berlimpah kebaikan.
Sementara
Maria bangkit sesudah doa-Nya, dengan kecemerlangan ekstatik masih ada
pada wajah-Nya, Hana anak Fanuel yang telah lanjut usia memasuki kamar.
Ia berdiri terpaku, takjub atau setidaknya tercengang atas sikap dan
penampilan Maria.
Kemudian
ia memanggil-Nya: "Maria!" dan si Gadis berbalik dengan seulas senyum,
yang berbeda namun masih begitu cantik dan mengatakan: "Damai bagimu,
Hana."
"Apakah kamu sedang berdoa? Apakah doa-doa-Mu tidak pernah cukup untuk-Mu?"
"Doa-doa-Ku
akan cukup. Tetapi Aku berbicara kepada Allah. Hana, engkau tak dapat
membayangkan betapa dekat Aku merasakan-Nya. Lebih dari dekat, dalam
hati-Ku. Semoga Allah mengampuni-Ku karena kesombongan-Ku. Tetapi Aku
tidak merasa kesepian. Lihat? Di sana, di Rumah yang dari emas dan salju
itu, di balik Tabir ganda, adalah Tempat Mahakudus. Tak seorang pun
pernah diijinkan melihat Pendamaian, di mana kemuliaan Tuhan bersemayam,
terkecuali Imam Besar. Akan tetapi jiwaku yang menyembah tidak perlu
memandang pada Tabir bersulam itu, yang bergetar oleh nyanyian-nyanyian
para perawan dan kaum Lewi dan yang diharumi dengan dupa berharga,
seolah Aku hendak menembusi kainnya dan melihat Loh Hukum Allah
bercahaya melaluinya. Aku sungguh melihatnya! Janganlah mengira bahwa
Aku tidak melihatnya dengan mata yang menyembah seperti setiap anak
Israel. Janganlah berpikir bahwa kesombongan membutakan-Ku dengan
membuat-Ku berpikir akan apa yang sekarang hendak kukatakan kepadamu.
Aku memandangnya dan tak ada hamba sederhana di antara umat Allah yang
memandang dengan terlebih rendah hati pada Rumah Tuhan dibandingkan Aku,
sebab Aku yakin bahwa Aku adalah yang paling kecil dari semua. Akan
tetapi apakah yang Aku lihat? Sebuah Tabir. Apakah yang Aku pikir ada di
balik Tabir? Sebuah Tabernakel. Apakah yang ada di dalamnya? Apabila
Aku mendengarkan hati-Ku, Aku melihat Allah bercahaya dalam kemuliaan
kasih-Nya dan Ia mengatakan kepada-Ku: "Aku mengasihi-Mu" dan Aku
menjawab-Nya: "Aku mengasihi-Mu" dan Aku mati dan Aku diciptakan kembali
di setiap detak jantung-Ku dalam kecupan timbal balik ini… Aku ada di
antara kalian, para guru dan para teman-Ku terkasih. Namun suatu
lingkaran api mengasingkan-Ku dari kalian. Dalam lingkaran ini, Allah
dan DiriKu sendiri. Dan Aku melihat kalian melalui Api Allah itu dan
karenanya Aku mengasihimu… tetapi Aku tak dapat mengasihimu menurut
daging, pun tiada pernah dapat Aku mengasihi seorang pun menurut daging.
Aku hanya dapat mengasihi-Nya Yang mengasihi-Ku, menurut roh. Inilah
panggilan-Ku. Hukum sekulir Israel menghendaki setiap gadis untuk
menjadi seorang isteri, dan setiap isteri menjadi seorang ibu. Akan
tetapi, sementara mentaati Hukum, Aku harus mentaati Suara yang berbisik
kepada-Ku: "Aku menginginkan-Mu"; Aku seorang perawan dan Aku akan
tetap seorang perawan, bagaimana Aku bisa? Kehadiran tak kasat mata yang
manis ini yang bersama-Ku akan menolong-Ku, sebab ini adalah
Keinginan-Nya. Aku tidak takut. Aku tak lagi memiliki bapa dan bundaKu…
dan hanya Allah saja yang tahu betapa kasih-Ku bagi manusia yang menjadi
milik-Ku terbakar dalam sakit itu. Sekarang Aku hanya memiliki Allah.
Karena itu Aku mentaati-Nya tanpa ragu... Aku akan melakukannya juga
tanpa memikirkan bapa dan bundaKu, sebab Aku telah diajar oleh sang
Suara bahwa barangsiapa hendak mengikuti-Nya, harus mentaati-Nya
melampaui bapa dan bunda. Para orangtua adalah pengawal penuh kasih yang
mengawasi hati anak-anak mereka, yang hendak mereka hantar menuju
kebahagiaan seturut rencana mereka… dan orang tua tidak menyadari
rencana-rencana lain yang menghantar pada kebahagiaan tanpa batas… Aku
akan meninggalkan bagi mereka pakaian-pakaian dan mantol-mantol-Ku, demi
mengikuti Suara yang berkata kepada-Ku: "Datanglah, MempelaiKu
terkasih." Aku akan meninggalkan bagi mereka segalanya, dan
mutiara-mutiara air mata-Ku, sebab Aku akan menangis harus tidak taat
kepada mereka, dan insting darah-Ku, sebab Aku akan menantang bahkan
kematian demi mengikuti Suara yang memanggil-Ku, akan mengatakan kepada
mereka bahwa ada suatu yang terlebih agung dan terlebih manis dari kasih
seorang bapa dan bunda dan bahwa itu adalah Suara Allah. Tetapi
sekarang, dengan kehendak-Nya, aku bebas dari ikatan kasih anak ini.
Bukan, bukan suatu ikatan. Orangtua-Ku adalah dua orang benar dan Allah
pastilah berbicara kepada mereka seperti Ia berbicara kepada-Ku. Mereka
akan mengikuti keadilan dan kebenaran. Apabila Aku memikirkan mereka,
Aku membayangkan mereka ada dalam pengharapan bisu di antara para
Patriark dan Aku bergegas dengan kurban-Ku demi kedatangan Mesias guna
membukakan bagi mereka pintu-pintu Surga. Aku pembimbing DiriKu sendiri
di dunia, atau tepatnya, Allah membimbing hamba-Nya yang hina dengan
memberikan perintah-perintah-Nya kepada-Ku, dan Aku menggenapi-Nya sebab
adalah suatu sukacita bagi-Ku untuk taat. Apabila saatnya tiba, Aku
akan menyingkapkan rahasia-Ku kepada mempelai-Ku… dan ia akan
menerimanya."
"Tetapi
Maria… dengan kata-kata bagaimana Kau akan dapat membujuknya? Kau akan
memiliki kasih seorang laki-laki, Hukum dan hidup yang menentang-Mu."
"Aku
memiliki Allah bersama-Ku… Allah akan menerangi hati sang mempelai…
hidup akan kehilangan daya tarik inderawi dan menjadi sekuntum bunga
murni dengan harum cinta kasih. Hukum… Hana, janganlah katakan Aku
seorang penghujat. Aku pikir Hukum akan segera diubah. Oleh siapakah
gerangan, menurutmu, jika Hukum itu ilahi? Oleh Satu-satunya Yang dapat
mengubahnya. Oleh Allah. Aku katakan bahwa waktunya lebih cepat dari
yang kalian perkirakan. Sebab ketika Aku sedang membaca Kitab Daniel,
sebuah terang agung datang kepada-Ku dari kedalaman hati-Ku dan Aku
memahami makna dari perkataan penuh teka-teki itu. Tujuhpuluh minggu
akan diperpendek karena doa-doa orang-orang benar. Apakah ini berarti
bahwa jumlah tahun akan diubah? Tidak. Suatu nubuat tidak pernah salah.
Akan tetapi ukuran dari waktu nubuat adalah menurut peredaran bulan,
bukan matahari. Sebab itu Aku katakan: "Sudah dekat waktunya bilamana
sang Bayi yang dilahirkan dari seorang Perawan akan terdengan menangis."
Oh! Sejak Terang yang mengasihi-Ku mengatakan kepada-Ku begitu banyak
hal, Aku berharap Ia akan mengatakan kepada-Ku di manakah Bunda yang
berbahagia itu berada, yang akan melahirkan Putra Allah dan Mesias
umat-Nya! Dengan bertelanjang kaki Aku akan menjelajahi seluruh dunia,
dingin ataupun es, debu ataupun terik, binatang buas ataupun lapar,
tidak akan menghalangi-Ku mendatangi sang Bunda dan Aku akan mengatakan
kepada-Nya: "Mohon perkenankan hamba-Mu dan hamba dari para hamba
Kristus untuk tinggal di bawah atap rumah-Mu. Aku akan menggiling batu
kilangan-Mu dan tempat pemerasan anggur-Mu, pekerjakan Aku sebagai
seorang budak untuk mengerjakan kilangan-Mu dan menggembalakan kawanan
ternak-Mu, suruhlah Aku mencuci kain popok Kanak-kanakMu... Aku akan
bekerja di dapur-Mu, di pembakaran roti-Mu, di manapun Kau kehendaki…
tetapi terimalah Aku. Agar Aku dapat memandang-Nya! Dan mendengarkan
suara-Nya! Dan mendapatkan tatapan mata-Nya!" Dan jika sang Bunda tidak
menghendaki-Ku, Aku akan tinggal di ambang pintu-Nya seperti seorang
pengemis, dalam cuaca dingin maupun panas, hanya demi mendengarkan suara
Kanak-Kanak Mesias dan gema tawa-Nya, dan melihat-Nya berjalan lewat…
Dan mungkin suatu hari Ia akan menawarikan sepotong roti kepada-Ku… Oh!
Bahkan andai Aku sekarat karena kelaparan dan Aku tak sadarkan diri
karena puasa yang hebat, Aku tidak akan memakan roti itu.
Aku akan mendekapkannya dekat hati-Ku seperti sekantung mutiara
berharga dan aku akan mengecupnya demi mencium harum tangan Kristus dan
Aku tiada akan pernah lapar atau kedinginan, sebab sentuhannya akan
memberi-Ku ekstase dan panas, ekstase dan makanan…"
"Engkau sepatutnya menjadi Bunda Kristus, sebab Kau begitu sangat mengasihi-Nya! Karena itukah mengapa Kau ingin tetap perawan?"
"Oh!
Tidak. Aku debu dan abu. Aku tiada berani mengangkat mata-Ku menatap
Kemuliaan. Itulah sebabnya mengapa, daripada melihat Tabir ganda, di
mana Aku tahu tinggal Kehadiran Yahweh yang tak kasat mata, Aku lebih
suka melihat ke dalam hati-Ku. Di sana, ada Allah Sinai yang dahsyat. Di
sini, dalam DiriKu, Aku melihat Bapa kita, sebentuk Wajah penuh kasih
yang tersenyum dan memberkati-Ku, sebab Aku kecil seperti seekor burung
kecil, yang ditopang angin tanpa angin merasakan beratnya dan Aku lemah
seperti batang sekuntum lily di lembah, yang hanya bisa berbunga dan
berbau harum dan yang tiada dapat memberikan daya lain kepada angin
selain dari keharumannya dan kemanisannya yang murni. Allah, angin-Ku
yang penuh kasih! Bukan karena itu. Melainkan karena Putra dari Allah
dan dari seorang Perawan, Yang Mahakudus, hanya dapat menyukai apa yang
di Surga Ia pilih sebagai BundaNya dan apa yang di bumi berbicara
kepada-Nya mengenai Bapa SurgawiNya: Kemurnian. Jika Hukum merenungkan
itu, jika para rabi, yang telah merumitkan Hukum dengan segala dalih
ajaran mereka, mengarahkan pikiran mereka pada wawasan yang lebih tinggi
dan menujukannya pada hal-hal adikodrati, dengan meninggalkan
urusan-urusan yang manusiawi dan yang menguntungkan yang membuat mereka
melupakan Akhir yang mulia, mereka seharusnya, di atas segalanya,
menjadikan Kemurnian sebagai subyek utama ajaran mereka, supaya Raja
Israel dapat menemukannya bilamana Ia datang. Dengan ranting-ranting
zaitun Yang Damai, dengan daun-daun Palma sang Pemenang, menebarkan
bunga-bunga lily, bunga-bunga lily, bunga-bunga lily… Betapa banyak
Darah Juruselamat yang akan harus ditumpahkan demi menebus kita! Betapa
sungguh teramat banyak! Dari ribuan luka-luka yang dilihat Yesaya pada
Manusia Sengsara, suatu aliran Darah menetes, bagai embun dari sebuah
bejana berpori. Semoga Darah Ilahi ini tidak jatuh di mana ada
pencemaran dan hujat, melainkan ke dalam piala-piala kemurnian yang
harum yang menerimanya dan mengumpulkannya dengan tujuan menyebarkannya
di antara jiwa-jiwa yang sakit dan kusta dan di antara mereka yang mati
terhadap Allah. Berikanlah bunga-bunga lily untuk menghapus dengan
helai-helai bunganya yang murni keringat dan air mata Kristus!
Berikanlah bunga-bunga lily bagi kerinduan-Nya yang mendalam akan
Kemartiran! Oh! Di manakah gerangan Lily itu akan berada, yang akan
mengandung-Mu? Di manakah gerangan Lily yang akan melegakan dahaga-Mu
yang dahsyat, yang akan menjadi merah bersama Darah-Mu, yang akan mati
sebab duka melihat-Mu meregang nyawa, dan yang akan menumpahkan airmata
di atas Tubuh-Mu yang kehabisan darah? Oh! Kristus! Kristus!
Kerinduan-Ku!..."
Maria sekarang diam, menangis dan dikuasai duka.
Hana
juga diam beberapa saat dan lalu dengan suara jelas seorang perempuan
tua yang sangat tersentuh hatinya, ia bertanya: "Adakah sesuatu yang
lain yang hendak Kau ajarkan kepadaku, Maria"
Maria
tersadar. Ia pasti berpikir, dalam kerendahan hati-Nya, bahwa guru-Nya
tengah menegur-Nya dan Ia berseru: "Oh! Ampunilah Aku! Engkaulah
guru-Ku. Aku ini bukan apa-apa. Tetapi suara ini berasal dari hati-Ku.
Aku akan mawas diri, untuk tidak membicarakannya. Tapi seperti sebuah
sungai yang di bawah amuk air mematahkan tanggulnya, suara itu sekarang
telah menguasai-Ku dan meluap. Sudi jangan pedulikan perkataan-Ku dan
hukumlah kelancangan-Ku. Perkataan penuh misteri sepatutnya tinggal
dalam kedalaman hati orang, yang ditolong Allah dalam kebaikan-Nya. Aku
tahu. Tetapi Kehadiran Tak Kasat Mata ini begitu manis hingga Aku
dipenuhi sukacita… Hana, sudi ampunilah hamba kecilmu!"
Hana
memeluk-Nya sementara air mata berkilau pada wajah tua keriputnya yang
gemetar. Butir-butir air mata itu mengalir sepanjang kulit keriputnya,
bagai air sepanjang tanah yang tak rata yang menjadi suatu rawa yang
gemetar. Guru tua itu tidak teertawa, sebaliknya tangisnya membangkitkan
hormat mendalam.
Maria didekap dalam pelukannya, wajah mungil-Nya menempel pada dada guru-Nya. Dan semuanya berakhir demikian.
Yesus bersabda:
"Maria ingat Allah. Ia memimpikan Allah. Ia
pikir Ia bermimpi. Ia hanya melihat kembali apa yang telah Ia lihat
dalam semarak Surga Allah, pada saat Ia diciptakan untuk dipersatukan
dengan tubuh yang mengandung di dunia. Ia berbagi dengan
Allah satu dari sifat khas Allah, meski dalam tingkat yang lebih rendah,
seperti yang memang pantas. Yakni sifat khas mengingat, melihat dan
mengetahui terlebih dahulu, yang merupakan sifat dari yang kuasa dan
inteligensi sempurna yang tak dirusakkan oleh Kesalahan.
Manusia
diciptakan sesuai citra dan keserupaan dengan Allah. Salah satu dari
keserupaan itu adalah kemampuan, bagi jiwa, untuk mengingat, melihat dan
mengetahui terlebih dahulu. Ini menjelaskan kemampuan untuk mengetahui
masa depan. Kemampuan ini terkadang datang secara langsung, oleh
kehendak Allah, terkadang merupakan suatu daya permenungan, yang terbit
bagai matahari di pagi hari, menerangi suatu titik pada horison
abad-abad, yang telah kelihatan dalam penglihatan Allah.
Misteri-misteri yang demikian terlalu dalam untuk dapat sepenuhnya dipahami olehmu. Tetapi pikirkanlah.
Dapatkah
Inteligensi Tertinggi, Benak yang tahu segalanya, Penglihat yang
melihat segalanya, memberi kalian sesuatu yang berbeda dari DiriNya,
sesudah menciptakan kalian melalui suatu tindakan dari kehendak-Nya dan
suatu napas dari kasih-Nya yang tak terhingga, dan sesudah menjadikan
kalian anak-anakNya baik karena asal kalian maupun tujuan kalian? Ia
memberikannya kepada kalian dalam suatu bagian yang teramat kecil,
sebab makhluk tak dapat menampung Pencipta. Akan tetapi bagian itu
sempurna dan utuh, meski teramat kecil.
Betapa
harta inteligensi yang Allah berikan kepada manusia, Adam! Kejatuhan [=
dalam dosa] merusakkannya, tetapi kurban-Ku memulihkannya kembali dan
membuka semarak Inteligensi, kekayaannya, pengetahuannya bagi kalian.
Betapa mulia pikiran manusia yang dipersatukan dengan Allah melalui
rahmat-Nya, berbagi dengan Allah kemampuan pengetahuan!... Pikiran manusia dipersatukan dengan Allah melalui rahmat.
Tidak
ada cara lain. Mereka yang penuh ingin tahu mencari rahasia-rahasia di
luar manusia hendaknya ingat itu. Semua pengetahuan yang tidak berasal
dari suatu jiwa yang dalam rahmat - dan tidak dalam rahmat bararangsiapa
yang melawan Hukum Allah, yang sangat jelas dalam perintah-perintahnya -
pengetahuan yang demikian berasal dari Setan. Pengetahuan macam itu
jarang selaras dengan kebenaran apabila menyangkut masalah manusia, dan
tidak pernah selaras dengan kebenaran sehubungan dengan masalah di luar
manusia. Setan sesungguhnya adalah bapa segala dusta dan hanya dapat
menghantar pada jalan dusta. Tak ada cara lain untuk mengetahui
kebenaran, terkecuali melalui Ia yang berasal dari Allah, Yang bersabda
dan berbicara atau memperingatkan, seperti seorang bapa mengingatkan
anak dari kaum keluarganya dan berkata kepadanya: "Tidakkah kau ingat
ketika kau biasa melakukan ini bersama-Ku, kau melihatnya, adakah kau
mendengar yang lain? Tidakkah kau ingat ketika Aku biasa mengecupmu
untuk mengucapkan selamat tinggal? Ingatkah kau ketika kau melihat-Ku
untuk pertama kali dan kau mengagumi terang cahaya pada Wajah-Ku yang
menyinari jiwamu yang perawan, yang, baru saja diciptakan oleh-Ku masih
murni dan bebas dari kejahatan yang kelak merusakkanmu? Ingatkah kau
ketika kau mengerti untuk pertama kali, dalam degupan kasih, apakah
Kasih itu? Yang adalah misteri Diri dan Tindakan Kami?" Dan apa yang tak
dapat dicapai oleh kemampuan terbatas seorang manusia yang ada dalam
keadaan rahmat, diajarkan dan dijelaskan oleh Roh pengetahuan.
Akan
tetapi untuk memiliki Roh, Rahmat dibutuhkan. Untuk memiliki Kebenaran
dan Pengetahuan, Rahmat diperlukan. Untuk memiliki Bapa, Rahmat itu
perlu. Rahmat adalah sebuah kemah di mana ketiga Pribadi tinggal, adalah
sebuah Pendamaian di mana Bapa yang Kekal bersemayam dan berbicara,
bukan dari dalam awan, melainkan dengan meyingkapkan wajah-Nya kepada
anak-anak-Nya yang setia. Para kudus dan orang-orang benar ingat akan
Allah. Mereka ingat akan perkataan yang mereka dengar dalam Benak Yang
Mencipta dan yang oleh Kebaikan Tertinggi dihidupkan kembali dalam hati
mereka guna menaikkan mereka bagai rajawali pada kontemplasi akan
Kebenaran dan pada pengetahuan akan Waktu.
Maria
penuh Rahmat. Rahmat Tritunggal ada dalam DiriNya. Rahmat Tritunggal
mempersiapkan-Nya bagai seorang Mempelai perempuan untuk Perkawinan,
bagai sebuah Ranjang Pengantin untuk Keturunan, bagai suatu Pribadi
Ilahi untuk Keibuan dan misi-Nya. Maria menutup siklus para Nabi
Perempuan dari Perjanjian Lama dan membuka periode "para jurubicara
Allah" dari Perjanjian Baru.
Tabut
Sejati dari Sabda Allah, memandang ke dalam hati Maria yang tak
bernoda, Ia [= Maria] menemukan perkataan dari pengetahuan abadi, yang
dituliskan oleh jari Allah di sana, dan Ia ingat, seperti para kudus
ingat, bahwa Ia telah mendengarnya ketika jiwa-Nya yang abadi tengah
diciptakan oleh Allah Bapa, Pencipta segala makhluk hidup ... Dan jika
Ia tidak ingat keseluruhan dari misi-Nya di masa mendatang, alasannya
adalah karena Allah membiarkan adanya kekosongan-kekosongan dalam setiap
kesempurnaan manusia, seturut Hukum kebijaksanaan ilahi, demi kebaikan
dan sebagai suatu ganjaran bagi makhluk-makhluk ciptaan.
Maria,
Hawa kedua, harus menunaikan bagian yang patut bagi-Nya dalam menjadi
Bunda Kristus, dengan keinginan baik yang sejati, yang Allah tuntut juga
dari KristusNya demi menjadikan-Nya seorang Penebus.
Roh
Maria ada di Surga. Moril-Nya dan jasmani-Nya ada di dunia dan mereka
harus berjalan di dunia dan dalam daging demi mencapai roh dan
menggabungkannya dengan Roh dalam suatu pelukan yang menghasilkan buah."
Catatan
dariku. Sepanjang hari kemarin aku pikir aku akan melihat berita wafat
orangtua-Nya disampaikan kepada Maria oleh Zakharia, aku tidak tahu
mengapa. Aku juga berpikir, dengan caraku, bahwa Yesus akan membicarakan
masalah "ingatan akan Allah oleh para kudus." Pagi ini, ketika
penglihatan dimulai, aku berkata dalam hati: "Ini dia, mereka sekarang
akan mengatakan kepada-Nya bahwa Ia telah menjadi yatim piatu" dan
hatiku sudah gemetar sebab aku akan mengalami kesedihanku sendiri
hari-hari belakangan ini. Namun sebaliknya sama sekali tak ada sesuatu
pun dari apa yang aku pikir akan aku lihat atau dengar. Bahkan tidak
satu kata pun karena kesalahan. Aku sangat senang karenanya sebab ini
meneguhkan bahwa tak ada suatu pun dari diriku sendiri dalam karya ini,
bahkan tidak satu anjuran tulus pun sehubungan dengan satu situasi.
Semuanya berasal dari suatu sumber yang berbeda. Ketakutanku yang
terus-menerus lenyap… hingga kali berikutnya sebab aku selalu takut
tertipu dan menipu.
10. MARIA AKAN MEMPERCAYAKAN NAZAR-NYA KEPADA MEMPELAI YANG AKAN ALLAH BERIKAN KEPADA-NYA
3 September 1944
Betapa
malam yang mengerikan! Tampaknya roh-roh jahat sedang menyerang dunia.
Meriam-meriam membombardir, guntur dan halilintar, mara bahaya,
ketakutan, penderitaan sebab aku terbaring di atas tempat tidur yang
bukan kepunyaanku. Dan di tengah semua ini, ada Maria, bagai sekuntum
bunga putih yang manis di antara api dan berbagai masalah. Ia tampak
sedikit lebih dewasa dari penglihatan kemarin, namun masih seorang gadis
muda dengan rambut warna terang-Nya yang dikepang di atas bahu-Nya.
Gaun-Nya putih dan senyum-Nya lembut dan tersipu: seulas senyum mendalam
pada misteri mulia yang tersembunyi dalam hati-Nya. Aku melewatkan
malam itu dengan membandingkan penampilan-Nya yang lembut dengan
keganasan dunia serta merenungkan perkataan-Nya kemarin pagi, sebuah
madah cinta kasih yang hidup, dibandingkan dengan keganasan kedengkian
manusia.
Pagi ini, dalam keheningan kamarku, aku melihat penglihatan berikut.
Maria masih di Bait Allah. Ia sekarang sedang keluar bersama para gadis lainnya dari bagian dalam Bait Allah.
Pastilah
ada suatu upacara sebab ada bau dupa di udara yang berwarna merah
sementara matahari terbenam. Pastilah waktu itu akhir bulan Oktober,
sebab langit, yang sudah tenang jernih seperti biasa pada hari-hari
cerah bulan Oktober, menaungi kebun-kebun Yerusalem, di mana daun-daun
coklat kekuningan yang akan segera gugur menambah bintik-bintik merah
keemasan pada hijau perak pohon-pohon zaitun.
Kerumunan
itu, bukan, rombongan para perawan berpakaian putih, melintasi halaman
belakang, lalu mendaki anak-anak tangga, melewati sebuah serambi dan
memasuki sebuah halaman bujursangkar lain, yang tidak begitu megah,
tanpa pintu terkecuali pintu yang menghantar masuk ke dalamnya. Tentunya
itu adalah halaman yang dialokasikan bagi pemukiman kecil para perawan
yang dipersembahkan ke Bait Allah, sebab tiap-tiap gadis bergerak menuju
biliknya masing-masing, bagai merpati kecil menuju sarangnya. Mereka
seperti sekawanan merpati yang berpisah sesudah berkumpul bersama.
Mereka semua berbicara dalam suara yang pelan namun ceria, sebelum
berpisah. Maria diam. Sebelum meninggalkan para gadis lainnya, Ia
menyampaikan salam perpisahan penuh kasih kepada mereka dan lalu pergi
menuju bilik kecil-Nya di suatu sudut di sebelah kanan.
Salah
seorang guru, seorang perempuan tua, tapi tidak setua Hana anak Fanuel,
menghampiri-Nya. "Maria, Imam Besar ingin bertemu dengan-Mu."
Maria memandang perempuan itu dengan agak terkejut, namun tidak bertanya apa-apa. Ia hanya menjawab: "Aku akan segera pergi."
Aku
tidak tahu apakah aula besar, yang dimasuki-Nya, adalah rumah Imam
Besar atau apakah aula itu bagian dari pemukiman para perempuan yang ada
di Bait Allah. Yang aku tahu aula itu luas dan terang, ditata indah.
Selain Imam Besar, seorang yang berwibawa dalam jubahnya, ada juga
Zakharia dan Hana anak Fanuel.
Maria
membungkuk di ambang pintu dan tidak masuk sampai Imam Besar berkata
kepada-Nya: "Masuklah, Maria. Jangan takut." Maria berdiri tegak kembali
dan dengan perlahan melangkah maju, bukan karena Ia enggan, tetapi
karena suatu kehidmadan tak disengaja, yang membuat-Nya lebih seperti
seorang perempuan dewasa.
Hana tersenyum pada-Nya untuk membesarkan hati-Nya dan Zakharia menyapa-Nya: "Damai bagimu, sepupu."
Imam Besar mengamati-Nya dengan amat cermat dan lalu ia berkata kepada Zakharia: "Ia jelas dari keturunan Daud dan Harun…"
"Anakku,
aku tahu akan rahmat dan kebaikan-Mu, aku tahu bahwa setiap hari Kau
bertumbuh dalam rahmat dan pengetahuan di hadapan Allah dan manusia. Aku
tahu bahwa suara Allah membisikkan perkataan termanis-Nya kepada
hati-Mu. Aku tahu bahwa Kau adalah Bunga Bait Allah dan bahwa seorang
Kerub ketiga ada di hadapan Loh Hukum Allah sejak Kau di sini. Dan aku
ingin keharuman-Mu terus membubung bersama dupa setiap hari. Tetapi
Hukum berkata lain. Kau bukan lagi seorang gadis kecil, melainkan
seorang perempuan. Dan setiap perempuan di Israel harus menjdi seorang
isteri untuk melahirkan seorang putera bagi Tuhan. Kau harus mentaati
perintah Hukum. Janganlah takut, janganlah malu tersipu. Aku tahu akan
kebangsawanan-Mu. Hukum yang menetapkan bahwa kepada setiap laki-laki
harus diberikan seorang perempuan dari kaumnya sendiri akan
melindungi-Mu. Akan tetapi bahkan meski tak ada ketentuan demikian, aku
akan melakukannya, agar darah-Mu yang luar biasa tak dirusakkan.
Tidakkah Kau mengenal seorang dari kaum-Mu, Maria, yang bisa menjadi
suami-Mu?"
Maria
mengangkat wajah-Nya yang memerah. Mata-Nya berkilau oleh air mata yang
mulai muncul dan dengan suara gemetar Ia menjawab: "Tidak, tidak
seorang pun."
"Tidaklah
mungkin bagi-Nya untuk mengenal seseorang, sebab Ia datang ke sini
ketika masih kanak-kanak dan suku Daud telah ditindas begitu hebat dan
tersebar begitu luas untuk memungkinkan cabang-cabang yang berbeda
berkumpul bagai daun-daun sekeliling palma raja," kata Zakharia.
"Jika demikian kita akan serahkan pilihan pada Allah."
Air
mata yang telah berusaha ditahan Maria sejauh itu, tumpah membanjir dan
membasahi bibir-Nya yang gemetar. Ia memandang penuh permohonan kepada
guru-Nya.
"Maria
telah mengkonsekrasikan DiriNya kepada Tuhan demi kemuliaan-Nya dan
demi keselamatan Israel. Ia masih seorang kanak-kanak kecil yang baru
belajar membaca dan menulis dan Ia telah mengucapkan nazar-Nya…" kata
Hana, berusaha menolong-Nya.
"Itukah sebabnya mengapa Kau menangis? Bukan karena Kau ingin menolak Hukum?"
"Hanya karena itu... bukan yang lain. Aku akan mentaatimu, Imam Allah."
"Ini menegaskan apa yang selalu disampaikan kepadaku mengenai-Mu. Telah berapa lama Kau mengkonsekrasikan diri kepada Tuhan?"
"Selamanya demikian, aku pikir. Aku masih belum di Bait Allah ini, dan Aku telah mempersembahkan DiriKu kepada Tuhan."
"Tetapi bukankah Kau kanak-kanak kecil yang datang duabelas tahun yang lalu dan memohon kepadaku untuk diijinkan masuk?"
"Baik, jadi, bagaimana Kau bisa mengatakan bahwa Kau telah menjadi milik Allah waktu itu?"
"Jika
aku mengingat masa lalu, Aku mendapati DiriKu dikonsekrasikan… Aku
tidak ingat bilamana Aku dilahirkan, pula aku tidak ingat bagaimana Aku
mulai mengasihi bundaKu dan mengatakan kepada bapaKu: "Bapa, Aku
putrimu"… Tapi Aku ingat bahwa Aku memberikan hati-Ku kepada Allah,
meski Aku tidak tahu bilamana itu dimulai. Mungkin bersamaan dengan
kecupan pertama yang dapat Aku berikan, dengan kata pertama yang Aku
belajar mengatakannya, dengan langkah pertama yang Aku jejakkan… Ya, Aku
pikir Aku mendapatkan kenangan pertama-Ku akan kasih bersamaan dengan
langkah mantap pertama-Ku… rumah-Ku... dekat rumah ada sebuah taman
penuh bunga-bungaan… dan ada sebuah kebun buah-buahan dan beberapa
ladang… dan ada sebuah mata air di belakang, di bawah bukit, dan air
membual dari sebuah batu karang berongga yang membentuk sebuah grotto [=
gua] … yang penuh tanaman herbal yang panjang dan tipis yang terjuntai
membentuk air terjun-air terjun kecil hijau di mana-mana dan
tanam-tanaman itu tampak menangis karena pada daun-daunnya yang kecil
tipis, yang kelihatan seperti suatu karya sulaman, terdapat tetes-tetes
kecil air dan ketika tetesan-tetesan itu menetes mereka berdenting bagai
lonceng-lonceng kecil. Juga mata air tampak bernyanyi. Dan di sana ada
burung-burung pada pohon-pohon zaitun dan apel di atas mata air dan
merpati-merpati putih biasa datang dan membasuh diri dalam air jernih
sumber air... Aku tiada lagi memikirkan semua itu, sebab Aku telah
mempersembahkan segenap hati-Ku kepada Allah dan, dan terkecuali bapa
dan bundaKu, yang Aku kasihi dalam hidup dan mati, semua hal duniawi
lainnya telah lenyap dari hati-Ku… Akan tetapi engkau membuat-Ku
memikirkannya… Aku harus menemukan bilamana Aku memberikan
DiriKu kepada Allah… dan kenangan akan tahun-tahun pertama-Ku datang
kembali ke dalam benak-Ku… Aku mencintai grotto itu, sebab Aku mendengar
sebuah suara yang lebih manis dari gemericik air dan kicau
burung-burung, yang mengatakan kepada-Ku: "Datanglah, KekasihKu." Aku
menyukai tanam-tanaman herbal itu yang bertabur tetes-tetes berlian yang
kemilau dan berdenting, sebab Aku dapat melihat dalam mereka tanda dari
TuhanKu dan Aku biasa berkata kepada DiriKu: "Wahai jiwa-Ku, lihatlah
betapa besar AllahMu, Ia Yang menciptakan pohon-pohon aras Libanon bagi
burung-burung rajawali, juga menciptakan dedaunan kecil ini yang
merunduk di bawah beban seekor nyamuk kecil dan Ia menciptakannya bagi
sukacita mata-Mu dan sebagai perlindungan bagi kaki mungil-Mu." Aku
menyukai keheningan dari hal-hal yang murni itu: angin sepoi-sepoi, air
yang keperakan, kemurnian burung-burung merpati… Aku menyukai kedamaian
yang menaungi grotto kecil itu, dan yang turun lewat pohon-pohon apel
dan zaitun, yang sekarang penuh bunga, lalu sarat dengan buah yang
lezat… Dan Aku tidak tahu ... suara itu tampaknya berkata kepada-Ku, ya,
kepada-Ku seorang: "Datanglah, zaitun yang cantik; datanglah, apel yang
manis; datanglah, mata air yang tersembunyi; datanglah, merpati-Ku"…
Sungguh manis kasih seorang bapa, sungguh manis kasih seorang bunda…
sungguh manis suara mereka memanggil-Ku… akan tetapi ini, yang ini! Oh!
Dalam Firdaus duniawi Aku pikir bahwa dia [= perempuan itu], yang
menjadi berdosa, mendengarnya demikian, dan Aku tidak mengerti bagaimana
dia dapat memilih suara desisan daripada suara kasih ini, bagaimana dia
dapat menginginkan pengetahuan yang lain yang bukan Allah… Dengan
bibir-Ku yang masih merasakan air susu bundaKu, namun dengan hati-Ku
penuh madu surgawi, Aku lalu berkata: "Ini Aku. Aku datang. Aku ini
milik-Mu. Tak seorang pun akan memiliki tubuh-Ku, hanya Engkau, TuhanKu,
pun jiwa-Ku tiada akan memiliki kasih yang lain..." Dan sementara
berkata demikian, tampak oleh-Ku bahwa Aku tengah mengatakan lagi
hal-hal yang telah dikatakan dan bahwa Aku tengah menggenapi suatu ritus
yang telah digenapi, dan bahwa Mempelai yang dipilih bukanlah seorang
asing bagi-Ku, sebab Aku telah mengenal semangat-Nya dan penglihatan-Ku
telah dibentuk dalam terang-Nya dan kemampuan-Ku untuk mengasihi telah
digenapi dalam pelukan-Nya… Bilamanakah? Aku tidak tahu. Di luar
kehidupan, Aku akan mengatakannya demikian, sebab Aku merasa selalu
memiliki-Nya, dan bahwa Ia selalu memiliki-Ku, dan bahwa Aku ada sebab
Ia menghendaki-Ku demi sukacita RohNya dan roh-Ku… Sekarang Aku taat
kepadamu, ya Imam. Akan tetapi sudilah katakan kepada-Ku bagaimana Aku
harus bersikap… Aku tidak lagi memiliki bapa pun bunda. Sudi jadilah
pembimbing-Ku."
"Allah
akan memberikan kepada-Mu suami-Mu dan ia pastilah seorang yang kudus,
sebab Kau telah mempercayakan DiriMu kepada Allah. Kau akan mengatakan
kepadanya mengenai nazar-Mu."
"Dan apakah ia akan setuju?"
"Aku harap begitu. Berdoalah, anakku, agar dia dapat memahami hati-Mu. Pergilah sekarang. Semoga Allah selalu beserta-Mu."
Maria undur diri bersama Hana. Zakharia tetap tinggal bersama Imam Besar.
Penglihatan berakhir demikian.