PUISI MANUSIA-ALLAH
(Injil sebagaimana Diwahyukan Kepadaku)
Catatan:
"The Poem of The Man-God" (judul dari edisi pertama bahasa Inggris)
sekarang telah diganti menjadi "The Gospel as Revealed To Me" dalam
edisi kedua sesuai judul aslinya dalam bahasa Italia "L'EVANGELO COME ME
E STATO RIVELATO".
diterjemahkan oleh YESAYA (YESus SAyang saYA):
yesaya.indocell.net
KELAHIRAN DAN KEHIDUPAN TERSEMBUNYI MARIA DAN YESUS
22 Agustus 1944
Yesus
memerintahkanku: "Ambillah sebuah buku catatan yang sama sekali baru.
Tulislah pada halaman pertama apa yang Aku diktekan pada tanggal 16
Agustus. Ia akan dibicarakan dalam buku ini."
Aku taat dan aku menulis.
16 Agustus 1944.
Yesus bersabda:
"Hari ini tuliskan ini saja. Kemurnian memiliki nilai yang begitu rupa, bahwa rahim suatu makhluk dapat menampung Ia yang Tak Tertampung, sebab Ia [= Maria] memiliki kemurnian terluhur yang dapat dimiliki oleh suatu makhluk Allah.
Tritunggal
Mahakudus turun dengan kesempurnaan-kesempurnaan-Nya, tinggal dengan
Ketiga PribadiNya, memasukkan ketakterbatasan-Nya ke dalam sebuah ruang
sempit. Akan tetapi Ia tidak menghinakan DiriNya dengan berbuat
demikian, sebab kasih sang Perawan dan kehendak Allah memperlebar ruang
ini hingga menjadikannya sebuah Surga. Dan Tritunggal Mahakudus
menyatakan Diri dengan karakteristik-Nya:
Bapa, yang sekali lagi
menjadi sang Pencipta mahkluk, sebagaimana pada hari keenam penciptaan,
memiliki seorang puteri sejati yang layak, yang diciptakan seturut
citra sempurna-Nya. Tanda Allah ditanamkan secara begitu utuh dan tepat
pada Maria, hingga hanya pada yang Sulung-dilahirkan didapati yang
terlebih besar. Maria dapat disebut yang Kedua-dilahirkan dari Bapa
sebab, karena kesempurnaan yang dianugerahkan kepada-Nya dan yang
dipelihara-Nya, dan karena martabat-Nya sebagai Mempelai dan Bunda Allah
dan Ratu Surga, Ia berada di urutan kedua sesudah Putra Bapa dan kedua
dalam pikiran abadi Allah, yang ab aeterno bersuka dalam Maria.
Putra, yang juga menjadi "PutraNya", mengajarkan kepada-Nya, melalui misteri Rahmat, kebenaran dan kebijaksanaan-Nya, semasa Ia masih Embrio, yang tumbuh dalam rahim-Nya.
Roh Kudus
muncul di tengah manusia, bagi suatu Pentakosta yang lama dinantikan:
Kasih bagi "Dia [= Maria] yang Ia kasihi", Penghiburan bagi manusia
karena Buah Rahim-Nya, Pengudusan karena Keibuan dari Yang Kudus.
Allah,
demi menyatakan DiriNya kepada manusia dalam bentuk yang baru dan utuh,
yang memulai era Penebusan, tiada memilih bagi tahta-Nya sebuah bintang
di langit, pun istana dari seorang yang berkuasa. Pula Ia tak
menghendaki sayap-sayap para malaikat sebagai alas kaki-Nya. Ia
menghendaki sebuah rahim yang tanpa noda.
Juga
Hawa telah diciptakan tak bernoda. Akan tetapi ia ingin menjadi rusak
dari kehendak bebasnya sendiri. Maria, yang hidup dalam dunia yang rusak
- Hawa ada dalam dunia yang murni - tak hendak merusakkan
kemurnian-Nya, bahkan tidak dengan satu pikiran yang masih jauh
hubungannya dengan dosa. Ia tahu bahwa dosa itu ada. Ia melihat
bentuk-bentuk dan implikasi-implikasinya yang berbagai rupa serta
mengerikan. Ia melihat semuanya, termasuk yang paling mengerikan: pembunuhan Allah. Namun Ia mengetahuinya semata-mata untuk menyilihnya dan untuk menjadi, selamanya, Perempuan yang memiliki kerahiman atas para pendosa dan berdoa bagi penebusan mereka.
Renungan
ini akan menjadi pengantar bagi hal-hal kudus lainnya yang akan Aku
berikan demi kebaikanmu dan kesejahteraan banyak orang."
1. YOAKIM DAN ANNA BERNAZAR KEPADA TUHAN
22 Agustus 1944
Aku
melihat bagian dalam sebuah rumah. Di sana ada seorang perempuan paruh
baya sedang duduk di belakang alat tenun. Dapat aku katakan, melihat
rambutnya yang semula pastilah hitam legam, kini menjadi abu-abu dan
wajahnya, meski belum keriput, memiliki wibawa yang datang bersama usia,
bahwa usianya pastilah sekitar limapuluh lima tahun. Tidak lebih.
Dalam
menaksir usia seorang perempuan, aku mendasarkan perhitunganku pada
wajah ibuku, yang gambarannya lebih dari sebelumnya senanitasa hadir
dalam ingatanku pada masa-masa ini yang mengingatkanku akan hari-hari
terakhirnya di sisi pembaringanku… Lusa adalah setahun sejak aku
melihatnya terakhir kali… Ibuku memiliki wajah yang sangat awet muda,
tetapi rambutnya menjadi abu-abu lebih awal. Ketika usianya limapuluh
tahun, rambutnya sudah abu-abu seperti saat akhir hidupnya. Tetapi,
selain dari kematangan penampilannya, tak ada yang menipu usianya. Sebab
itu, aku bisa saja keliru dalam memperkirakan usia seorang perempuan
paruh baya.
Perempuan
yang aku lihat sedang menenun dalam sebuah kamar, terang dengan cahaya
yang masuk dari sebuah pintu yang terbuka lebar ke sebuah taman yang
luas - sebuah properti kecil aku menyebutnya demikian sebab taman itu
dengan lembut terhampar naik dan turun sebuah lereng hijau - perempuan
itu cantik dalam ciri khas Yahudinya. Matanya hitam dan dalam, dan
sementara aku tidak tahu mengapa, mata itu mengingatkanku akan mata
Pembaptis. Akan tetapi, meski mata itu sewibawa mata seorang ratu, namun
juga manis, seolah suatu tabir biru ditempatkan pada kilatan seekor
elang: manis dan agak sedih, seperti seorang yang memikirkan dan
menyesali sesuatu yang hilang. Kulitnya coklat, tapi tidak terlalu
gelap. Mulutnya, yang sedikit besar, sempurna bentuknya dan tak bergerak
dalam posisi tegas, yang, meski begitu, tidak kaku. Hidungnya mancung
dan ramping, agak bengkok, seperti paruh rajawali, yang serasi dengan
matanya. Perawakannya kokoh, namun tidak gemuk, proporsional dan aku
pikir tinggi, dinilai dari posisi duduknya.
Aku
pikir ia sedang menenun sehelai tirai atau karpet. Kumparan beraneka
warna bergerak cepat pada penenun berwarna coklat, dan apa yang telah
ditenun memperlihatkan jalinan cantik hiasan dan bentuk-bentuk mawar
dalam karya seni Yunani di mana hijau, kuning, merah dan biru tua saling
terjalin dan menyatu seperti pada sebuah mozaik.
Perempuan
itu mengenakan pakaian gelap yang sangat sederhana, berwarna merah
lembayung, warna dari suatu spesies istimewa bunga pansy.
Ia berdiri ketika mendengar seseorang mengetuk pintu. Ia memang tinggi. Ia membuka pintu.
Seorang perempuan bertanya kepadanya: "Anna, bisakah kau berikan amphoramu (1) kepadaku? Aku akan mengisinya untukmu."
Bersama
perempuan itu ada seorang anak laki-laki manis berumur lima tahun, yang
langsung bergelayut pada gaun Anna, dan Anna membelainya sementara
pergi ke ruangan lain, dan kembali dengan sebuah amphora tembaga yang
indah yang diberikannya kepada si perempuan seraya berkata: "Kau selalu
baik kepada si tua Anna ini, sungguh. Semoga Allah mengganjarimu dengan
anak ini dan anak-anak lain yang akan kau peroleh, kau beruntung!" Anna
menghela napas.
Si
perempuan memandangnya dan tidak tahu harus berkata apa dalam situasi
demikian. Untuk mengalihkan perhatian dari situasi menyedihkan yang
disadarinya itu, dia mengatakan: "Aku tinggalkan Alfeus bersamamu, jika
engkau tak keberatan, supaya aku bisa lebih cepat dan aku akan mengisi
banyak tempayan dan buyung untukmu."
Alfeus
sangat senang tinggal dan alasannya jelas. Begitu ibunya pergi, Anna
menggendongnya dan membawanya ke kebun buah, mengangkatnya ke sebuah
pergola (2) buah-buah anggur yang keemasan dan berkata kepadanya:
"Makan, makanlah, sebab anggur baik," dan Anna mencium wajah si kecil
yang belepotan dengan sari anggur yang dimakannya dengan lahap. Lalu
Anna tertawa lepas dan seketika ia nampak lebih muda karena barisan gigi
indah yang dipertontonkannya, dan sukacita yang terpancar pada
wajahnya, mengaburkan usianya, sementara si anak bertanya: "Dan apakah
yang akan kau berikan kepadaku sekarang?" dan ia menatap Anna dengan
mata biru-abu-abu yang terbelalak lebar. Anna tertawa dan bermain
dengannya, berlutut dan berkata: "Apa yang akan kau berikan kepadaku
jika aku memberimu? ... jika aku memberimu? ... tebak!" Dan si anak,
menepuk-nepukan tangan-tangan kecilnya, dengan seulas senyum lebar
menjawab: "Ciuman, aku akan memberimu ciuman, Anna yang manis, Anna yang
baik, Mama Anna!"
Anna,
ketika mendengarnya mengatakan: "Mama Anna", melontarkan pekik kasih
bahagia dan memeluk si kecil seraya mengatakan: "Sayangku! Sayang!
Sayang! Sayang!" Di setiap "sayang" sebuah kecupan mendarat di atas
pipi-pipi kecil yang kemerahan.
Kemudian
mereka pergi menuju sebuah lemari dan dari sebuah piring Anna mengambil
beberapa potong kue madu. "Aku membuatnya untukmu, kesayangan si Anna
yang malang, karena kau menyayangiku. Tapi katakan, berapa besar kau
menyayangiku?" Dan si bocah, berpikir akan apa yang paling berkesan
baginya, mengatakan: "Sebesar Bait Allah!" Anna menciumnya lagi pada
mata kecilnya yang berbinar, pada bibir kecilnya yang merah dan anak itu
memeluk Anna seperti seekor anak kucing.
Ibunya
berjalan hilir mudik dengan sebuah tempayan penuh dan tersenyum tanpa
berkata apa-apa. Dia membiarkan mereka dengan keasyikan mereka.
Seorang
laki-laki tua masuk dari kebun. Ia sedikit lebih kecil dibandingkan
Anna, dan rambut tebalnya telah putih sepenuhnya. Wajahnya berwarna
cerah dengan jenggot potongan segiempat; matanya bagai batu pirus biru
dan bulu matanya coklat muda, nyaris pirang. Jubahnya berwarna coklat
gelap.
Anna
tidak melihatnya karena punggungnya membelakangi pintu dan laki-laki
itu menghampirinya dari belakang seraya bertanya: "Dan tidak ada yang
untukku?" Anna berbalik dan berkata: "Oh Yoakim! Apakah pekerjaanmu
sudah selesai?" Pada saat yang sama Alfeus kecil berlari ke lutut
laki-laki tua itu sambil berseru: "Juga untukmu, juga untukmu." Dan
ketika laki-laki itu membungkuk untuk menciumnya, anak itu merangkul
lehernya, memainkan janggutnya dengan tangan-tangan mungilnya dan
ciumannya.
Yoakim
juga membawa hadiah. Ia mengeluarkan tangan kirinya dari belakang
punggungnya dan menawarkan kepada si bocah sebuah apel yang cantik,
hingga seolah terbuat dari porselen terbaik. Sambil tersenyum ia berkata
kepada anak itu yang mengulurkan tangannya dengan penuh hasrat:
"Tunggu, akan aku potongkan untukmu! Kau tak dapat memakannya begitu
saja. Apel ini lebih besar darimu!" Dengan sebilah pisau kecil, yang ia
bawa pada ikat pinggangnya, ia memotong buah itu menjadi irisan-irisan
kecil. Ia seolah memberi makan seekor anak burung, begitu hati-hati ia
memasukkan potongan-potongan itu ke dalam mulut kecil yang terbuka lebar
yang mengunyah dan memamah.
"Lihatlah
matanya, Yoakim! Bukankah seperti dua ombak kecil Laut Galilea ketika
angin senja menarik tirai awan di atas langit?" Anna berbicara,
menempatkan satu tangan pada bahu suaminya, dan ia sedikit menyandar
padanya, juga: sebuah sikap yang mengungkapkan kasih mendalam seorang
isteri, kasih yang tetap sempurna sesudah mengarungi banyak tahun dalam
hidup perkawinan.
Dan
Yoakim memandang kepadanya penuh kasih dan setuju, mengatakan: "Sungguh
menawan! Dan rambut keritingnya! Bukankah itu warna panenan yang kering
oleh terik matahari? Lihat: di sana ada suatu campuran emas dan
tembaga."
"Ah!
Andai kita punya anak, aku ingin yang seperti dia: dengan mata ini dan
rambut ini..." Anna telah membungkuk, sesungguhnya ia berlutut dan
dengan helaan napas yang dalam ia mencium kedua mata biru-abu-abu yang
besar itu.
Yoakim,
juga, menghela napas. Akan tetapi ia ingin menghibur Anna. Ia
menumpangkan tangannya pada rambut Anna yang tebal ikal berwarna abu-abu
dan berbisik kepadanya: "Kita harus terus berharap. Allah bisa
melakukan segalanya. Sementara kita masih hidup, mukjizat bisa terjadi,
teristimewa apabila kita mengasihi-Nya dan kita saling mengasihi satu sama lain." Yoakim memberikan tekanan pada frasa terakhir.
Namun
Anna diam, sedih, dan ia berdiri, kepalanya tertunduk, untuk
menyembunyikan dua tetes airmata yang mengalir di wajahnya. Hanya Alfeus
kecil yang melihatnya dan ia tertegun dan sedih sebab sahabatnya
menangis, seperti yang terkadang ia lakukan. Alfeus mengangkat tangannya
dan menghapus air mata itu.
"Janganlah menangis, Anna! Kita toh bahagia. Paling tidak aku, sebab aku memilikimu."
"Juga
aku memilikimu. Tetapi aku belum memberimu seorang anak… Aku pikir aku
telah menyedihkan Tuhan, sebab Ia telah menjadikan rahimku mandul…"
"Oh
isteriku! Bagaimana kau dapat menyusahkan-Nya, kau yang adalah
perempuan kudus? Dengarlah. Mari kita pergi sekali lagi ke Bait Allah.
Demi tujuan ini. Bukan hanya demi hari raya Pondok Daun! Mari kita
memanjatkan doa yang panjang… Mungkin akan terjadi padamu seperti yang
terjadi pada Sara… seperti yang terjadi pada Hana isteri Elkana. Mereka
menanti untuk jangka waktu yang lama dan mereka menganggap diri malang
sebab mereka mandul. Malahan seorang putera kudus tumbuh bagi mereka di
Langit Allah. Tersenyumlah, isteriku. Bagiku tangismu merupakan
kepedihan yang terlebih dalam dibandingkan tak memiliki keturunan… Kita
ajak Alfeus bersama kita. Kita ajak dia berdoa, sebab ia tanpa dosa… dan
Allah akan mendengarkan doanya dan doa kita sekaligus dan akan
mengabulkannya."
"Ya,
marilah kita bernazar kepada Tuhan. Keturunan kita akan menjadi
milik-Nya. Sejauh Ia berkenan. Oh, mendengar aku dipanggil "mama"!"
Dan Alfeus, penonton yang heran dan tak berdosa, berseru: "Aku akan memanggilmu mama!"
"Ya, sayangku ... tetapi kau punya mamamu sendiri, dan aku tak punya bayi…"
Penglihatan berhenti di sini.
Aku
mengerti bahwa siklus kelahiran Maria telah dimulai. Dan aku sangat
bahagia karena aku sangat menginginkannya. Dan aku pikir engkau (3) pun
akan bahagia juga.
Sebelum
aku mulai menulis aku mendengar Bunda mengatakan kepadaku: "Jadi,
puteri-Ku terkasih, tulislah tentang Aku. Seluruh kesedihanmu akan
dihiburkan." Dan sembari berkata demikian Ia menumpangkan tangan-Nya ke
atas kepalaku dan membelaiku dengan lembut. Lalu penglihatan dimulai.
Tetapi pada mulanya, yakni, hingga aku mendengar perempuan limapuluh
tahun itu dipanggil namanya, aku tidak menyadari bahwa aku ada di
hadapan ibunda Bunda Maria dan dengan demikian rahmat kelahiran-Nya.
(1) Amphora: tempayan dengan dua pegangan yang biasa digunakan oleh orang-orang Yunani dan Romawi.
(2) Pergola: tanam-tanaman anggur yang ditopang oleh tiang-tiang dan membentuk semacam atap dengan dedaunan mereka.
(3) Perlu dicatat bahwa Maria Valtorta kerap menyapa Pater rohaninya dalam karyanya.
2. ANNA, BERDOA DI BAIT ALLAH, PERMOHONANNYA DIKABULKAN
23 Agustus 1944
Sebelum menulis yang berikut, aku hendak membuat catatan.
Rumah yang nampak olehku bukanlah
rumah Nazaret yang terkenal itu. Paling tidak, lokasinya berbeda. Juga
kebun buah-buahannya lebih luas dan di sekelilingnya terlihat
padang-padang, tidak banyak, tapi ada. Di kemudian hari, ketika Maria
menikah, hanya ada kebun buah-buahan itu, besar, namun tak lebih dari
satu kebun: dan aku belum pernah melihat dalam penglihatan-penglihatan
lain kamar yang aku lihat. Aku tidak tahu apakah karena alasan ekonomi
orangtua Maria menjual sebagian dari milik mereka atau apakah Maria,
ketika ia meninggalkan Bait Allah, pindah ke sebuah rumah lain yang
diberikan kepadanya mungkin oleh Yosef. Aku tidak ingat apakah dalam
penglihatan-penglihatan dan pengajaran-pengajaran yang lalu aku
mempunyai suatu tanda yang jelas bahwa rumah Nazaret itu adalah rumah di
mana ia dilahirkan.
Kepalaku
terasa amat berat karena penat. Dan lalu, khususnya dengan dikte, aku
langsung lupa akan kata-katanya, meskipun perintah-perintah-Nya tinggal
terekam dalam benakku dan menerangi jiwaku. Akan tetapi detil-detilnya segera
berangsur lenyap. Apabila setelah satu jam aku harus mengulangi apa
yang telah aku dengar, terkecuali satu atau dua kalimat inti, maka aku
tak akan tahu apa-apa lagi. Sebaliknya, penglihatan-penglihatan tetap
jelas dalam benakku sebab aku menyaksikannya sendiri.
Aku mendengar dikte tetapi aku menyaksikan penglihatan. Oleh karena itu
semuanya tetap jelas dalam benakku yang berguna dalam mengikutinya
melalui berbagai fase yang terjadi.
Aku berharap akan ada suatu pernyataan mengenai penglihatan kemarin. Namun tak ada.
Aku mulai melihat dan aku menulis.
Di
luar tembok-tembok Yerusalem, di bukit-bukit dan di antara pohon-pohon
zaitun, ada suatu himpunan besar orang banyak. Seperti sebuah pasar
besar. Tetapi tidak ada stan. Tidak ada tukang obat ataupun penjaja yang
berteriak-teriak. Tidak ada permainan. Ada tenda-tenda dari wool kasar,
yang tentunya tahan air, menggelantung pada tonggak-tonggak yang
ditancapkan di tanah, dan ada ranting-ranting hijau diikatkan pada
tonggak-tonggak, sekaligus sebagai hiasan dekorasi dan pemberi
kesejukan. Tenda-tenda yang lain sepenuhnya terbuat dari ranting-ranting
yang ditancapkan ke tanah dan saling diikatkan melengkung, dengan
demikian membentuk terowongan-terowongan kecil yang hijau. Di bawah
setiap tenda ada orang-orang dari berbagai usia dan keadaan, yang
berbicara perlahan dan serius, sesekali diselingi tangisan anak kecil
yang memecah keheningan.
Waktu
itu menjelang malam dan cahaya dari lampu-lampu minyak kecil berkelip
di sana sini di segenap penjuru perkemahan yang aneh itu. Sekeliling
lampu sebagian keluarga sedang bersantap malam di atas tanah, para ibu
memangku anak-anak yang kecil. Banyak dari bayi-bayi yang kecapaian ini
tertidur sambil menggenggam potongan roti dalam jari-jemari mungil
mereka yang merah muda sementara kepala mereka yang kecil terkulai pada
dada ibunya, seperti anak-anak ayam dibawah naungan sayap induknya. Para
ibu menyelesaikan makan mereka, sebisa mungkin, dengan satu tangan saja
yang masih bebas, sementara tangan yang lain mendekapkan si anak pada
dadanya. Sementara itu keluarga-keluarga yang lain masih belum makan dan
sedang bercakap-cakap dalam keremangan senja, menanti makanan siap
disantap. Di sana sini api-api kecil dinyalakan dan para perempuan sibuk
sekelilingnya. Ninabobo yang lambat agak melankolis menenangkan
anak-yang sulit tidur.
Tinggi
di atas langit cerah nan indah, yang menjadi semakin biru gelap hingga
tampak bagai sehelai velarium beludru lembut berwarna hitam kebiruan
yang sangat besar. Pada hamparan kain ini, sedikit demi sedikit, para
pengrajin dan dekorator yang tak kelihatan memasang batu-batu permata
serta lampu-lampu malam, sebagian terasing, sebagian dalam pola-pola
geometris yang aneh, di antaranya yang mencolok adalah Beruang Besar dan
Beruang Kecil, dalam bentuk sebuah kereta, dengan batang kayunya
tergeletak di tanah sesudah sapi dilepaskan dari kuknya. Bintang Kutub
tersenyum dengan segala kecemerlangannya.
Aku
tahu itu adalah bulan Oktober sebab suara lantang seorang laki-laki
mengatakannya: "Bulan Oktober ini sungguh indah seperti yang sangat
jarang terjadi di tahun-tahun silam!"
Di
sini Anna datang dari sebuah perapian dengan sesuatu di tangannya,
sepotong roti yang besar dan datar seperti cake dan yang berfungsi juga
sebagai nampan. Alfeus kecil memegangi gaun Anna dan berceloteh dengan
suara kecilnya. Yoakim, ketika melihat Anna datang, bergegas menyalakan
lampu; ia berada di pintu masuk pondoknya yang terbuat dari
ranting-ranting dan tengah berbicara dengan seorang laki-laki sekitar
tigapuluh tahunan, yang dipanggil Alfeus dari kejauhan dengan suara
melengkingnya: "Ayah!"
Anna
berjalan anggun menyusuri barisan-barisan pondok. Ia anggun, namun
rendah hati. Ia tidak sombong terhadap siapapun. Ia mengangkat anak dari
seorang perempuan miskin papa, saat si gelandangan cilik terjatuh dekat
kakinya ketika berlarian seperti seorang berandal cilik. Karena
wajahnya menjadi kotor dan dia menangis, Anna membersihkannya,
menghiburnya dan menyerahkannya kepada ibunya yang berlari datang kepada
mereka dan memofon maaf. Anna mengatakan kepadanya: "Oh! Tidak apa-apa.
Aku senang dia tidak terluka. Dia seorang anak yang manis. Umur
berapakah dia?"
"Tiga
tahun. Dia anak kedua termuda dan aku menantikan kelahiran anak yang
lain dalam waktu dekat. Aku punya enam anak laki-laki. Sekarang aku
ingin punya anak perempuan… Seorang anak perempuan sungguh berarti bagi
ibunya…."
"Yang Mahatinggi telah sangat menghiburmu, perempuan!" desah Anna.
Perempuan
itu melanjutkan: "Ya. Aku miskin, namun anak-anak adalah sukacita kami
dan anak-anak yang lebih besar sudah bisa membantu bekerja. Dan, Nyonya,
(nyata sekali bahwa Anna memiliki status sosial yang lebih tinggi dan
perempuan itu mengetahuinya), berapakah anakmu?"
"Tidak punya."
"Tidak punya. Bukankah ini anakmu?"
"Bukan, dia itu anak seorang tetangga yang sangat baik. Dialah penghiburanku…."
"Apakah anakmu mati atau...?"
"Aku belum pernah punya anak."
"Oh!" Permpuan miskin itu memandang Anna dengan iba.
Anna mengucapkan selamat tinggal kepadanya, menghela napas yang sangat panjang, dan pergi menuju pondoknya.
"Aku
telah membuatmu menunggu, Yoakim. Aku tertahan oleh seorang perempuan
miskin, ibu dari enam orang anak laki-laki. Bayangkan! Dan dia
menantikan kelahiran seorang anak lainnya dalam waktu dekat."
Yoakim menghela napas.
Ayah Alfeus memanggil puteranya, tetapi si anak menjawab: "Aku tinggal bersama Anna. Aku akan membantunya." Semua orang tertawa.
"Biarkan
saja dia. Dia tidak mengganggu kami. Dia masih belum terikat Hukum. Di
sana atau di sini dia hanyalah seekor burung kecil yang makan," kata
Anna. Dan Anna duduk dengan kanak-kanak itu dalam pangkuannya dan
memberinya kue dan, aku pikir, ikan bakar. Aku bisa melihat bahwa ia
melakukan sesuatu sebelum memberikannya kepada Alfeus; mungkin ia
membuang tulang ikan. Ia telah melayani suaminya terlebih dulu. Ia
sendiri makan terakhir.
Malam
semakin dipenuhi dengan bintang-bintang dan perkemahan dengan
lampu-lampu. Kemudian sedikit demi sedikit banyak lampu dipadamkan. Itu
adalah lampu-lampu mereka yang lebih dulu makan malam dan yang sekarang
pergi tidur. Juga kebisingan perlahan berkurang. Tak ada lagi suara
anak-anak terdengar. Hanya beberapa bayi yang masih belum disapih
memperdengarkan suara kecil mereka yang seperti suara anak domba
sementara mencari susu ibunya. Malam menghembuskan napasnya atas semua
tempat dan semua orang dan membawa pergi segala sakit dan kenangan,
harapan dan kepedihan. Tetapi tidak, mungkin dua yang terakhir ini
bertahan dalam mimpi, meski diredakan oleh tidur.
Anna
mengatakannya kepada suaminya sementara ia meninabobokan Alfeus yang
tidur dalam buaiannya: "Semalam aku bermimpi bahwa tahun depan aku akan
datang ke Kota Suci untuk dua perayaan, dan bukan hanya satu saja. Dan
perayaan yang satunya adalah mempersembahkan anakku di Bait Allah... Oh!
Yoakim!..."
"Berharaplah Anna. Tidakkah kau merasakan yang lain? Tidakkah Tuhan membisikkan sesuatu ke dalam hatimu?"
"Tidak. Hanya sebuah mimpi…."
"Besok
adalah hari terakhir doa kita. Semua kurban persembahan telah
dilakukan. Tetapi kita akan memperbaharuinya lagi besok, dengan lebih
khidmad. Kita akan beroleh karunia dari Allah karena kasih setia kita.
Aku selalu berpikir bahwa akan terjadi atasmu seperti yang terjadi pada
Hana isteri Elkana."
"Semoga
Allah mengabulkannya... dan aku berharap ada seorang yang mengatakan
kepadaku sekarang: Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan
memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya!"
"Jika
rahmat itu tiba, anakmu akan memberitahukan kepadamu kehadirannya yang
pertama kali dalam rahimmu; dan itu akan menjadi suara seorang yang tak
berdosa, dan karenanya suara Allah."
Perkemahan
sekarang sunyi senyap dalam kepekatan malam. Anna juga membawa Alfeus
ke pondok sebelah, dan menempatkannya di pembaringan dekat
saudara-saudara kecilnya, yang sudah terlelap. Lalu ia berbaring di
samping Yoakim dan lampu mereka juga padam: satu dari bintang-bintang
kecil di bumi. Terlebih indah, bintang-bintang di kubah surga yang tetap
berjaga atas umat manusia yang tengah terlelap.
Yesus bersabda:
"Orang-orang
benar selalu bijaksana, sebab, sebagai sahabat-sahabat Allah, mereka
hidup dalam persahabatan dengan-Nya dan diajar oleh-Nya, ya, oleh Dia,
Kebijaksanaan Tak Terhingga. Kakek nenek-Ku adalah orang-orang benar dan
karenanya mereka memiliki kebijaksanaan. Mereka dapat dengan tepat
mengutip dari Kitab, memadahkan puji-pujian Kebijaksanaan dari
konteksnya: 'Aku jatuh cinta kepada kebijaksanaan dan kucari sejak masa
mudaku, aku berusaha memperolehnya sebagai mempelaiku.'
Anna
dari keturunan Harun adalah perempuan kuat yang dibicarakan Leluhur
kami. Dan Yoakim, seorang keturunan Raja Daud, tidak mencari pesona
pribadi begitu rupa dan kekayaan sebagai keutamaan. Anna memiliki
keutamaan yang besar. Semua sifat-sifat kudus menyatu bagai rangkaian
bebungaan nan harum mewangi menjadi sesuatu yang indah yang adalah:
Keutamaan luar biasa ini. Sebuah keutamaan sejati, yang layak dihaturkan
di hadapan tahta Allah.
Yoakim,
karenanya, menikahi kebijaksanaan dua kali, dengan "mengasihinya lebih
dari perempuan lain": Kebijaksanaan Allah yang tinggal dalam hati
seorang perempuan benar. Anna dari keturunan Harun tidaklah mencari yang
lain selain dari mempersatukan hidupnya dengan laki-laki yang tulus
hati itu, yakin bahwa kebahagiaan keluarga bergantung pada ketulusan
hati. Dan untuk menjadi perwujudan dari 'perempuan yang kuat'
kekurangannya hanyalah ia tak memiliki mahkota anak-anak, kebanggaan
dari perempuan yang menikah, pengesahan dari sebuah perkawinan, seperti
yang dikatakan Salomo, mengenai kebahagiaannya ia tak memiliki
anak-anak, bunga-bunga dari sebuah pohon yang telah menjadi satu dengan
pohon sebelahnya dan karenanya menghasilkan berlimpah buah baru, dimana
kedua kualitas baik bercampur menjadi satu, sebab ia tiada pernah
mengalami kekecewaan apapun perihal suaminya.
Meski
ia sekarang memasuki usia tua dan telah menjadi isteri Yoakim selama
bertahun-tahun, namun bagi Yoakim ia selalu menjadi "mempelai dari masa
mudanya, sukacitanya, rusa betina terkasih, anak rusa gemulai," yang
belaiannya selalu membawa pesona segar dari malam pertama pengantin, dan
yang secara manis memikat kasihnya, menjaganya sesegar sekuntum bunga
berteteskan embun pagi, dan berkobar bagai api yang terus menyala.
Karena itu, dalam kesedihan mereka, keadaan mereka yang tak memiliki
anak, mereka saling mengucapkan "kata-kata penghiburan dalam pikiran dan
penderitaan mereka."
Dan
Kebijaksanaan kekal, ketika saatnya tiba, di samping mengajari mereka
dalam keadaan terjaga, juga menerangi mereka dengan mimpi-mimpi pada
malam hari, penglihatan-penglihatan tentang puisi kemuliaan yang akan
datang dari mereka dan yang adalah Maria Tersuci, BundaKu. Jika
kerendahan hati mereka menjadikan mereka bimbang, namun hati mereka
bergetar oleh pengharapan akan tanda pertama dari janji Allah. Telah ada
kepastian dalam perkataan Yoakim: "Berharaplah … Kita akan beroleh
karunia dari Allah karena kasih setia kita." Mereka memimpikan seorang
anak: dan mereka mendapatkan Bunda Alah!
Ayat-ayat
Kitab Kebijaksanaan tampaknya ditujukan bagi mereka: "Berkat
kebijaksanaan aku akan mendapat kemuliaan pada rakyat … berkat
kebijaksanaan aku akan memperoleh kebakaan dan meninggalkan kenangan
abadi pada mereka yang menyusulku." Namun demi memperoleh semua ini
mereka harus menjadi tuan atas keutamaan yang sejati dan lestari, yang
tak dicemarkan oleh peristiwa apapun. Keutamaan iman. Keutamaan kasih.
Keutamaan harapan. Keutamaan kemurnian. Kemurnian dari pasangan yang
menikah! Mereka memilikinya, sebab tidaklah perlu menjadi perawan untuk
menjadi murni. Dan tempat tidur perkawinan yang murni dijaga oleh para
malaikat dan dari sana lahirlah anak-anak yang baik yang akan menjadikan
keutamaan orangtua mereka sebagai kaidah hidup mereka.
Akan
tetapi di manakah mereka sekarang? Sekarang anak-anak tak dikehendaki,
begitu pula kemurnian. Oleh sebab itu Aku katakan bahwa kasih dan
perkawinan telah dicemarkan."
3. DENGAN SEBUAH KIDUNG,
ANNA MEMAKLUMKAN BAHWA IA ADALAH SEORANG IBU
24 Agustus 1944
Aku
melihat rumah Yoakim dan Anna sekali lagi. Tak ada yang berubah di
dalamnya, terkecuali ada banyak ranting penuh bunga, ditempatkan dalam
amphora-amphora di sana sini, pastinya hasil dari pangkasan pohon-pohon
dalam kebun buah-buahan, semuanya mekar: semaraknya bervariasi dari
putih salju hingga merah koral.
Juga
pekerjaan Anna berbeda. Di alat tenun yang lebih kecil dari kedua alat
tenun ia sedang menenun kain linen yang indah dan bernyanyi, sambil
menggerak-gerakkan kakinya seirama nyanyiannya. Ia menyanyi dan
tersenyum. Kepada siapakah gerangan? Kepada dirinya sendiri, atas
sesuatu yang disadarinya ada dalam dirinya.
Aku
telah menuliskan secara terpisah lagu yang lambat namun riang itu,
supaya aku bisa mengikutinya, sebab ia mengulanginya beberapa kali
seakan ia bersukacita di dalamnya. Ia menyanyikannya semakin dan semakin
keras dan dengan keyakinan, seperti seorang yang menemukan sebuah
melodi dalam hatinya dan yang pada mulanya membisikkannya perlahan dan
lalu, setelah mantap, melanjutkannya dengan lebih cepat dan dalam nada
yang lebih tinggi. Nyanyian yang lambat namun riang itu (yang aku tulis
sebab begitu manis dalam kesederhanaannya) mengatakan:
Kemuliaan bagi Tuhan yang Mahakuasa Yang mengasihi anak-anak Daud.
Kemuliaan bagi Tuhan!
Rahmat-Nya yang tertinggi telah mengunjungiku dari Surga
Pohon tua telah menumbuhkan sebuah cabang baru dan aku diberkati.
Pada Pesta Terang harapan menebarkan benih;
Kini harum Nisan menyaksikannya berkecambah.
Laksana sebatang pohon almond dagingku dihiasi dengan bunga-bunga musim semi.
Di kala senja ia tahu bahwa ia mengandung buahnya.
Pada cabang itu ada sekuntum mawar, ada sebuah apel yang termanis.
Ada bintang cemerlang, seorang kanak-kanak yang tak berdosa.
Ada sukacita dalam rumah, pada pasangan suami dan isteri.
Terpujilah Allah, Tuhan-ku, Yang berbelas-kasihan kepadaku.
Terang-Nya bersabda kepadaku: "Sebuah bintang akan datang kepadamu."'
Kemuliaan, kemuliaan! Milik-Mu-lah buah dari pohon ini.
Yang pertama dan yang terakhir, suci dan murni sebagai karunia dari Tuhan.
Milik-Mu-lah ia dan semoga sukacita dan damai datang ke dalam dunia.
Bergegaslah, kumparan. Rajutlah benang untuk selimut si bayi.
Si bayi akan segera lahir. Kiranya senandung hatiku naik kepada Allah memadahkan hosana."
Yoakim
masuk ketika Anna hendak mengulangi nyanyiannya untuk keempat kalinya.
"Apakah kau gembira, Anna? Kau tampak seperti seekor burung di musim
semi. Lagu apakah itu? Aku belum pernah mendengar orang menyanyikannya.
Darimana asalnya?"
"Dari
hatiku, Yoakim." Anna telah bangkit dan sekarang berjalan menuju
suaminya, tersenyum bahagia. Ia tampak lebih muda dan lebih cantik dari
sebelumnya.
"Aku
tidak tahu bahwa kau seorang penyair," kata suaminya seraya menatapnya
penuh rasa kagum yang terpancar jelas. Mereka tidak tampak seperti
pasangan yang lanjut usia. Dalam tatapan mereka terpancar kasih pasangan
muda. "Aku datang dari ujung lain kebun buah ketika aku mendengarmu
menyanyi. Selama bertahun-tahun aku belum pernah mendengar suaramu, yang
seperti seekor burung tekukur sedang jatuh cinta. Maukah kau mengulang
nyanyian itu untukku?"
"Aku
akan mengulanginya bahkan meski kau tak memintanya. Anak-anak Israel
selalu mempercayakan jeritan hati pengharapan, sukacita, dan derita
mereka pada nyanyian. Aku mempercayakan pada sebuah nyanyian kewajiban
untuk mengatakan kepada diriku sendiri dan kepadamu suatu sukacita
besar. Ya, juga mengatakan kepada diriku sendiri karena ini adalah suatu
hal yang sungguh besar hingga meski aku yakin mengenainya sekarang,
bagiku rasanya seperti tidak sungguh terjadi…," dan ia mulai
menyanyikannya lagi. Tetapi ketika ia sampai pada kalimat: "Pada cabang
itu ada sekuntum mawar, ada sebuah apel yang termanis, sebuah bintang…,"
suara contraltonya yang merdu pada awalnya bergetar, lalu terhenti, dan
dengan isak tangis sukacita ia memandang Yoakim dan sementara
mengangkat kedua tangannya ia berseru: "Aku seorang ibu, kekasihku!" Dan
ia mencari pengungsian pada dada Yoakim, di antara tangan-tangan yang
direntangkan Yoakim dan yang sekarang memeluk isterinya yang berbahagia.
Ini adalah pelukan yang paling murni dan bahagia yang pernah aku lihat
dalam hidupku, murni dan berkobar dalam kemurniannya.
Dan sebuah teguran manis dibisikkan lewat rambut abu-abu Anna: "Dan kau tidak mengatakannya kepadaku?"
"Karena
aku ingin memastikannya. Setua aku … tahu bahwa aku seorang ibu… Aku
tak dapat percaya ini sungguh benar… aku tak ingin memberimu kekecewaan
yang paling pahit dari semua. Sejak akhir Desember aku perhatikan bahwa
rahimku menjadi baru dan mengandung, seperti kukatakan, sebuah cabang
baru. Tetapi sekarang pada cabang itu buahnya sudah pasti … Lihat? Kain
linen itu adalah untuk dia yang akan datang."
"Bukankah itu linen yang kau beli di Yerusalem bulan Oktober?
"Ya,
betul. Aku menenunnya sementara menunggu… dan berharap. Aku berharap
sebab pada hari terakhir ketika aku sedang berdoa di Bait Allah, sedekat
mungkin bagi seorang perempuan dengan Rumah Allah, dan hari sudah
malam… ingatkah kau bahwa aku mengatakan: "Sebentar lagi, sedikit lagi."
Aku tak dapat meninggalkan tempat itu tanpa menerima rahmat! Ya, dalam
keadaan yang semakin gelap, dari dalam tempat suci, di mana aku melihat
dari kedalaman jiwaku, demi mendapatkan perkenanan dari Allah yang
senantiasa hadir, aku melihat sebuah terang, suatu kilatan terang yang
indah pergi. Terang itu seputih bulan dan meski begitu memiliki di
dalamnya segala kemilau dari semua mutiara dan permata yang ada di
dunia. Nampaknya salah satu dari bintang-bintang berharga Tabir,
bintang-bintang yang ditempatkan di bawah kaki Kerubim telah terlepas
dan bercahaya dengan suatu terang adikodrati… tampaknya di luar Tabir
suci, dari Kemuliaan itu sendiri, sebuah api menyala yang datang cepat
ke arahku dan sementara menembus udara, ia bernyanyi dengan suara
surgawi memadahkan: "Semoga apa yang kau mohon, terjadi atasmu." Itulah
sebabnya mengapa aku menyanyi: "Sebuah bintang akan datang kepadamu".
Akan menjadi apakah anak kita, sebab ia mewahyukan dirinya sebagai
terang sebuah bintang di Bait Allah dan pada Pesta Terang dengan
mengatakan: "Aku"? Apakah kau mungkin meramalkan dengan tepat ketika kau
pikir aku akan menjadi seorang Hana-isteri-Elkana yang baru?
Bagaimanakah kita akan menamai anak kita, yang aku rasakan berbicara
kepadaku dalam rahimku semanis melodi air, dengan jantung kecilnya yang
berdenyut berulang kali bagai hati seekor tekukur manis dalam
genggaman?"
"Jika
laki-laki kita akan menamainya Samuel… Jika perempuan, Bintang. Kata
yang menghentikan nyanyianmu dan memberiku sukacita mengetahui bahwa aku
adalah seorang bapa. Bentuk yang diambilnya untuk mewahyukan diri dalam
bayangan kudus Bait Allah."
"Bintang.
Bintang kita, karena, aku tak tahu mengapa, tapi aku pikir anak ini
perempuan. Aku pikir bahwa belaian yang begitu manis itu hanya bisa
berasal dari seorang puteri yang termanis. Sebab aku tidak
mengandungnya, aku tidak merasakan sakit. Adalah dia yang membimbingku
di jalan penuh bunga biru, seolah aku ditopang oleh para malaikat kudus
dan bumi telah berada jauh… Aku senantisa mendengar para perempuan
mengatakan bahwa terasa sakit mengandung dan melahirkan. Tetapi aku
tidak merasakan sakit. Aku merasa kuat, muda, lebih segar dari ketika
aku mempersempahkan kepadamu keperawananku di masa mudaku dulu. Putri
Allah - sebab anak ini lahir dari tunggul yang mandul, lebih merupakan
milik Allah daripada milik kita - ia tidak menyakitkan ibunya. Ia
mendatangkan hanya damai dan berkatnya: buah Allah, Bapanya yang
sejati."
"Maria,
begitulah kita akan menamainya! Bintang laut kita, mutiara, kebahagiaan
kita. Nama perempuan agung pertama di Israel. Tetapi ia tidak akan
pernah berdosa melawan Tuhan dan bagi-Nya saja ia akan mempersembahkan
nyanyian-nyanyiannya, sebab ia dipersembahkan kepada-Nya: suatu kurban
bahkan sebelum dilahirkan."
"Ya,
ia dipersembahkan kepada-Nya. Laki-laki atau perempuan, apapun juga,
sesudah bersukacita selama tiga tahun atas anak kita, kita akan
mempersembahkannya kepada Tuhan. Mengurbankan diri kita bersamanya, demi
kemuliaan Allah."
Aku tidak melihat atau mendengar apa-apa lagi.
Yesus bersabda:
"Kebijaksanaan,
setelah menerangi mereka dengan mimpi-mimpi pada malam hari, menurunkan
"napas kuasa Allah, pancaran murni dari kemuliaan Yang Mahakuasa", dan
menjadi Sabda bagi yang mandul. Ia, yang telah melihat saat-Nya bagi
penebusan telah dekat: Aku, Kristus, cucu Anna, nyaris limapuluh tahun
kemudian, melalui Sabda, akan melakukan mukjizat-mukjizat pada
perempuan-perempuan yang mandul, berpenyakit, kerasukan, kesepian dan
atas segala penderitaan dunia.
Akan
tetapi sementara itu, karena sukacita memiliki seorang Bunda Aku
membisikkan sebuah kata misterius dalam bayangan Bait Allah yang
mengandung harapan-harapan Israel, bahwa Bait Allah yang sekarang
menjelang berakhir, sebab Bait Allah yang baru dan sejati akan segera
datang ke dunia, tak lagi mengandung harapan-harapan satu orang,
melainkan kepastian Firdaus bagi umat seluruh dunia, dan sepanjang
segala abad hingga akhir dunia. Dan Sabda ini melakukan mukjizat
menjadikan subur apa yang mandul. Dan juga mukjizat memberi-Ku seorang
Bunda, Yang tak hanya memiliki disposisi terbaik, seperti yang secara
alami pastilah ia miliki, sebab dilahirkan dari dua orang kudus,
melainkan, suatu makhluk unik, yang memiliki tak hanya jiwa yang baik
seperti yang masih dimiliki banyak orang lainnya, tak hanya peningkatan
yang terus-menerus dalam kebajikan karena kehendak baik-Nya, tak hanya
tubuh yang tak bernoda, melainkan juga memiliki jiwa yang tak bernoda.
Kau
telah melihat kelangsungan terus-menerus generasi jiwa-jiwa dari Allah.
Sekarang renungkanlah betapa pasti indahnya jiwa ini yang dipandang
Bapa dengan penuh kasih sebelum adanya waktu, yang membangkitkan
sukacita Tritunggal, yang Tritunggal rindu menghiasinya dengan
karunia-karunia-Nya, demi menghadirkannya kepada DiriNya sendiri. Oh!
Maria Tersuci yang diciptakan Allah bagi DiriNya kemudian bagi
keselamatan umat manusia! Pembawa Juruselamat, Engkau-lah keselamatan
pertama. Firdaus yang hidup, dengan senyum-Mu Engkau mulai
menguduskankan dunia.
Jiwa
yang diciptakan untuk menjadi jiwa Bunda Allah! Ketika kilatan yang
sangat penting ini muncul dari denyut yang terlebih hidup dari Kasih
lipat tiga dari Tritunggal, para malaikat bersukacita sebab Firdaus
belum pernah melihat terang yang terlebih cemerlang. Laksana helaian
bunga dari sekuntum mawar surgawi, helaian yang mistik dan berharga,
yang adalah permata dan kobaran api, napas Allah turun demi memberi
kehidupan kepada sebuah tubuh yang sama sekali berbeda dari yang lain.
Ia turun dengan begitu kuat kuasa dalam kasihnya hingga Kedosaan tiada
mampu mencemarkannya, ia datang melalui langit dan memasukkan dirinya
dalam sebuah rahim suci.
Dunia
telah memiliki Bunga-nya, namun dunia masih belum mengenalinya, Bunga
sejati dan unik, yang mekar abadi: lily dan mawar, violet dan melati
yang harum mewangi, helianthus dan cyclamen yang dicampur menjadi satu
dan bersama mereka segala bunga di bumi dalam satu Bunga saja : Maria,
dalam Siapa segala rahmat dan keutamaan menjadi satu.
Bulan
April tanah Palestina nampak bagai sebuah taman yang amat luas dan
harum mewangi serta warna-warni menggembirakan hati manusia. Namun Mawar
yang terindah masih belum dikenali. Ia telah berbunga bagi Allah secara
rahasia dalam rahim ibu-Nya, sebab BundaKu mengasihi sejak Ia dikandung.
Tetapi hanya ketika pokok anggur memberikan darahnya untuk menghasilkan
anggur dan aroma manis yang kuat memenuhi halaman-halaman dan
lubang-lubang hidung, Ia akan tersenyum pertama-tama kepada Allah dan
lalu kepada dunia, mengatakan dengan senyum-Nya yang paling tak berdosa:
"Di sinilah, Pokok Anggur yang akan memberi kalian Berkas anggur untuk
diperas dalam kilangan anggur, supaya menjadi Obat abadi bagi penyakit
kalian, ada di antara kalian."
Aku
katakan: "Maria mengasihi sejak Ia dikandung!" Apakah gerangan yang
memberi terang dan pengetahuan kepada jiwa? Rahmat. Apakah gerangan yang
menghilangkan Rahmat? Dosa asal dan dosa berat. Maria, Yang Tak
Berdosa, tiada pernah lepas dari ingatan akan Allah, akan kedekatan-Nya,
kasih-Nya, terang-Nya, kebijaksanaan-Nya. Oleh karena itu Ia dapat
memahami dan mengasihi ketika Ia masih daging yang sedang terbentuk
melingkupi suatu jiwa yang tak berdosa yang terus mengasihi.
Nanti,
Aku akan mengajakmu mengkontemplasikan secara batin kedalaman
keperawanan Maria. Kau akan mengalami keterpikatan ekstase surgawi,
seperti ketika Aku mengijinkanmu merenungkan keabadian Kami. Sementara
itu renungkanlah bagaimana mengandung suatu makhluk yang bebas dari Dosa
yang menjauhkan manusia dari Allah, memberikan kepada si ibu
inteligensi luar biasa dan menjadikannya nabi, meski ia telah mengandung
dengan suatu cara yang alamiah dan manusiawi. Nabi bagi putrinya, yang
disebutnya: "Putri Allah". Dan renungkanlah apa yang akan terjadi jika
anak-anak yang tak berdosa dilahirkan dari Orangtua Pertama yang tak
berdosa, sebagaimana dikehendaki Allah.
Manusia, kalian katakan bahwa kalian hendak menjadi "superman" [= manusia hebat], tapi dengan kejahatan-kejahatan kalian hanya
menjadi "superdemon" [= setan hebat]. Kemungkinan ada dan hidup tanpa
kontaminasi Setan, menyerahkan kepada Allah penyelenggaraan hidup,
pengetahuan dan kebaikan, akan menjadi sarana-sarana yang menjadikan
kalian "superman", tidak mengharapkan lebih dari apa yang telah Allah
berikan kepada kalian dan yang sedikit saja kurang dari tak terhingga.
Dan demikianlah, dalam suatu evolusi menuju kesempurnaan, kalian akan
dapat menurunkan anak-anak, yang akan menjadi manusia dalam raganya dan
anak-anak Inteligensi dalam jiwanya: para pemenang, perkasa, para raksasa
atas Setan, yang akan ditaklukkan jauh ribuan abad sebelum saatnya,
ketika ia akan dipermalukan, dan segala kejahatan yang bersamanya."
upah dosa adl maut. krn kita lahir secara daging yg artinya lahir dr persetubuhan makanya kita mengenal mati.seandainya adam dan hawa tdk jatuh dlm dosa tersebut maka kita juga akan lahir dr Allah secara suci sama spt Maria yg terkandung tanpa noda dosa. Dosa itulah yg telah membuat Allah hrs menurunkan Maria ke muka bumi utk mrlahirkan Putta Allah utk menebus dosa asal tsb shg barangsipa yg percaya kepadaNya akan memperoleh hidup kekal
BalasHapusSuka banget dengan terjemahan buku ini. Jadi lebih mudah memahami nya.🙏🏼
BalasHapusKepingin membaca tulisan2 yg lain yg lebih komplit 🙏
BalasHapus